Friday, December 14, 2007
Trend Anthurium berikutnya - Cobra dan Reflexinervum menggebrak Bulan-bulan ini meluasnya trend anthurium ke penghobby tanaman hias mulai terlihat. Terbukti dibeberapa tempat meskipun di tingkat pedagang besar dan spekulan gelombang cinta khususnya indukan bertongkol mulai turun demandnya, tetapi khusus anakan yang harganya terjangkau, pasar mulai aktif. Hal ini tentu saja akan memberikan efek balik pada kebutuhan gelombang cinta indukan seperti waktu-waktu kemarin. Disamping itu mulai terlihat tanda-tanda terjadinya gelombang pasang demand anthurium berikutnya. Jenmani Cobra ditengarai akan menjadi pemicunya. Terlihat dimana-mana harga Biji (ose) jenmani terutama Jenmani Cobra sudah merangkak naik. Bibitan yang semula banyak diperdagangkan sekarang mulai terlihat kosong dipasaran. Hal ini disebabkan banyak pihak lebih memilih menahan barangnya, karena spekulasi tingginya permintaan akan jenmani cobra setelah Lebaran. Meluasnya Permintaan Anthurium ini tentu saja akan ikut mendongkrak pasar anthurium. Selain itu ditingkat kolektor lebih memilih untuk mencari jenis-Jenis Anthurium Species yang tentu saja sangat langka keberadaannya dan lebih ditekankan pada ciri khas keunikan anthurium tersebut. Yang diburu masih seputaran anthurium berdaun tegak. Anthurium yang umum dicari adalah Anthurium Reflexinervum - salah satu Anthurium yang berdaun paling unik berkerut-kerut. Anthurium Superbum - tampilannya juga sangat khas dengan kerutan yang berbeda dari anthurium reflexinervum dan berdaun mengkilap, serta Anthurium Oxycarpum - dengan texture jeruknya serta kulit yang paling mengkilap diantara anthurium yang ada. Diprediksi Perburuan ini diakibatkan banyak kolektor dan pekebun besar mulai mencari variasi untuk menjaga trend anthurium kedepan. Setelah kemarin ramai pada penekanan warna gelap dan merah, trend berikutnya akan lebih pada keunikan kerutan dan urat daun. Hal ini juga akan memicu pada eksklusivitas harga, mengingat persilangan Anthurium Jenmani Hybrid dan Anthurium Spesies seperti Reflexinervum dan Superbum sangat sulit. Selain itu perburuan ini juga ditengarai akibat keberadaan Anthurium tadi dinegara asalnya mulai langka, menilik hal tersebut, besar kemungkinan trend yang akan datang, Anthurium Spesies seperti Reflexinervum, Oxycarpum dan Superbum akan menjadi salah satu icon perburuan anthurium di Indonesia, disamping turunan hybridnya.
BONSAI...
Bonsai ("tray gardening" in Japanese) is the art of growing plants and trees and keeping them small by being grown in a pot and by the use of skilled pruning. The plants and trees are formed to create an aesthetic shape and the illusion of age, although many trees are quite old and simply show their age in miniature form. In China, the art of penjing is very similar and is the precursor of the Japanese art of bonsai. The word is pronounced "Bon zai" - and each syllable has equal emphasis. Water about once a day, never allow the soil to dry out, but be careful not to overwater. The soil should be kept just moist at all times.You will need to water more frequently in hot weather and in the growing season and less in winter. The larger leafed varieties should have their leaves sprayed occasionally. But never do this in the heat of the day or while the tree is receiving direct sunlight. Sun on water droplets has the same effect as a magnifying glass—the leaves will be burnt or scorched. Use different grades of coarse mixed soil which are suitable for your particular tree, some water retentive and some open and porous. If you use too fine a soil it will clog down when watered and not enough air will be able to circulate around the roots. Put the coarsest soil in the bottom of the pot, above the crocks, and the finest soil on top and around the roots. Bonsai, like pot plants, need regular feeding with a liquid fertilizer during the growing season. This is because their roots are restricted as to the area they can stretch out to in search of food.Use different grades of coarse mixed soil which are suitable for your particular tree, some water retentive and some open and porous. If you use too fine a soil it will clog down when watered and not enough air will be able to circulate around the roots. Put the coarsest soil in the bottom of the pot, above the crocks, and the finest soil on top and around the roots. Prunethem to give them shape and a bushy appearance. This should generally be done in spring. Never prune roots and the top growth at the same time, as this will give the plant too much of a shock.Cut off the top tips to get a bushy look. And prune carefully to give the tree the desired shape. Think about the final shape you want the tree to have, and consider the angle from which it will be seen. (If you buy a ready-grown plant you will of course only have to trim it, its basic shape will have been established long before you bought it). Wire is twisted around the trunk or branches to encourage growth in a particular direction, or to develop a gnarled-looking twist. Do not wire immediately following repotting as you must allow time for the plant to settle. Use copper wire - except for Cherry trees or young delicate shoots where pipe cleaners should be used. Do not wire unnecessarily and be careful not to damage the branch. Remove the wire as soon as the branch is set in its new position. When wiring the trunk of the tree the end of the wire must be anchored so that it is taut enough to pull the trunk in the required direction. You can do this by inserting the wire through the
Anthurium......
Rumah tanam di pekarangan belakang sebuah rumah di Karangpandan, Karanganyar, Jawa Tengah, itu terlihat sederhana. Selembar plastik dibentangkan di atas rangka bambu setinggi 3 m, melindungi ruang terbuka seluas 10 m x 6 m dari deras hujan. Di bawah plastik, selapis jaring penaung dengan kerapatan 75% meneruskan 25% sinar matahari. Di sanalah Rendy Cahyanto menumbuhkan kecambah-kecambah anthurium umur 14 hari dalam 8 boks styrofoam berukuran 30 cm x 40 cm. Satu boks berisi 150-200 kecambah. Setelah 2 minggu dipelihara-atau 1 bulan setelah semai-kecambah berdaun sehelai siap jual. Dengan harga Rp35.000- Rp45.000 per kecambah berarti diperoleh pendapatan total minimal Rp42-juta.Alumnus Teknik Elektro, Universitas Petra Surabaya, itu bakal menangguk rupiah lebih banyak jika bibit anthurium dibesarkan lebih lama. Dua bulan setelah semai, jumlah daun menjadi 2 helai. Harganya Rp60.000-Rp70.000. Dengan asumsi tingkat kegagalan 10%, masih diperolah pendapatan Rp64,8-juta. Selain di greenhouse, Rendy menyemai biji di ruang tengah rumah. Di sana biji dikecambahkan sampai berumur 14 hari. Setelah 2 pekan tanpa sinar matahari, kecambah dipindah ke nurseri. Waktu Trubus berkunjung pada akhir Juli 2006, ada 8 boks berisi masing-masing 150-200 biji. Itulah calon pendulang rupiah 2 minggu mendatang.Biji-biji itu didapat dari Anthurium jenmanii raksasa berdaun lebih dari 25 helai sepanjang 1 m dan lebar 40 cm. Rendy memetik 50-200 biji per hari. Anggota famili Araceae itu dibeli Rp95- juta pada 18 Agustus 2006. Pemilik toko emas yang baru 3 bulan terjun ke anthurium itu berani memboyong karena A. jenmanii memiliki 2 tongkol buah-spadiks-siap matang. Diprediksi total biji mencapai 3.500 butir . Harga biji Rp10.000-ini harga berlaku di pasaran ketika induk dibeli-omzet Rp35-juta didapat. Padahal pada akhir Agustus 2006 harga sudah melonjak jadi Rp30.000. Artinya rupiah yang mengalir ke kantong berlipat menjadi Rp105-juta.Prediksinya tidak meleset. Sampai akhir Agustus saat Trubus meliput, Rendy sudah menjual 1.500 kecambah berdaun 1 lembar umur 1 bulan dengan harga rata-rata Rp35.0000-Rp45.000. Sisanya dibesarkan sampai berdaun 2 helai-menambah waktu perawatan 1 bulan. Saat itu harga menjadi 60.000-Rp70.000 per kecambah. Dengan sisa 2.000 kecambah berarti rupiah yang potensial ditangguk Rp120-juta.Heboh anthurium Masih di sekitar Karangpandan, Usep Setiawan yang sehari-hari bekerja sebagai Petugas Penyuluh Lapang di Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar juga getol mengecambahkan biji anthurium. Setiap minggu alumnus Universitas Katolik Slamet Riyadi Solo itu menyemai minimal 100 biji di lahan 11 m x 15 m yang juga dipakai untuk menyimpan tanaman induk. Biji disemai selama 4 bulan hingga berdaun 3-4 helai. Saat itu harga bibit Rp60.000 per polibag. Itu berarti setelah 4 bulan, Usep menangguk
Bluhender Indoor-Bonsai: Rhododendron simsii
Die Topfazalee, früher auch unter dem botanischen Namen Azalea indica bekannt, ist ein kleiner immergrüner Strauch, welcher in vielen Blütenfarben erhältlich ist. Die Hauptblütezeit ist Mai bis Juni. In China und Japan werden Azaleen seit langem als Bonsai gestaltet. Die einfach blühende Art Rhododendron japonica wird in Japan als Symbol für den Frühling betrachtet und geniet hohes Ansehen. Azaleen mögen es hell, aber vor direkter Sonne geschützt. Nach dem Ende der Blütezeit ist ein halbschattiger Standort im Freien die beste Wahl. Im Herbst beginnt eine Ruheperiode von etwa zwei Monaten, Länge und Beginn dieser Ruhephase kann jedoch von Sorte zu Sorte variieren. In dieser Zeit müssen die Azaleen hell und kühl stehen. Temperaturen um 12°C sind nun ideal.
Caladium Planting Planting preparation
We can plant the tuber directly to the media. But if we plan to have better results, we must prepare the tubers. De-eyeing : Larger tubers might produce a few big leaves, but if we want to make it produce a lot of smaller leaver, the best method is de-eying. This method will eliminate the dominant bud(s), so lateral eyes may sprout instead of the dominant bud(s). This method is not recommended for lance-leaved caladium because they are naturally make lots of uniform eyes. See de-eying page for details.Tuber division : We can divide the tubers to get lots of plantlets. We only need one eye each division so it can grow up forming a plant. This method is not recommended if our time is short, because we need 6-9 months to get the plant in full size. If time limited, just plant the tuber without divide it, so we can get full size plant in 1-3 months. See tuber division page for details.Fungicide treatment : Before we plant the tubers treat them with fungicide to avoid growth of fungus. Dip them in fungicide solution for 10 minutes prior to planting.Planting instruction ; We can plant tubers in any direction, the bud growth will adjust it’s own position. If dominant bud has been seen, it’s better to point the bud upwards to get quick growth. Roots will grow around the bud, not underneath, so make sure you cover up the tuber with soil. Drought in this period will make the first leaf small, it takes time to make the leaves to grow in full size. Planting tuber in pots : If we plant tuber in pot, select the right tuber size. Big pot only fit big plant or few smaller plants. A tuber with 4 inch size can be planted on 6 inch pot, 3 inch tuber for 5 inch pot, 2 inch tuber for 4 inch pot, 1 inch tuber for 3 cm pot. Some growers use tubers a grade smaller than normally required. However, this can often prove to be a costly mistake because the first leaves of the initial sprouts from the smaller tuber will not yield a plant with the proper pot-to-shoot ratio. Thus, few weeks extra time would be required for the plant to reach a marketable size.Planting tuber on the ground : Caladiums have proven to be excellent bedding plants for shade and partial shade locations. Although plants develop more intense leaf color in partial shade, they will grow and survive in full sun if provided adequate water. But be careful of Thai Caladiums because they don’t tolerate sun well. Don’t plant caladium in dark area because green color tends to dominate. Cultivars that tolerate full sun conditions and still maintain good color include the white cultivars Candidum Junior and Seagull; the pink cultivars Carolyn Whorton, Rosebud, Mrs. W. B. Haldeman, Pink Gem, and Lance Whorton; and the red cultivars Fire Chief and Red Frill. It’s best to mix the soil with organic matter. Whatever the soil type, it should have a high water holding capacity and yet have good drainage. The soil should be tilled to a depth of at least 6 inches before planting, and the soil should be moist. Before planting tubers, the soil temperature should be at least 65°F. Tubers should be planted so that 1 to 1 1/2 inches of soil cover the tubers. The spacing of the tubers depends upon the size of the tuber planted. 4 to 12 inch space will be good. Tubers may be planted closer in order to fill in the bed more quickly. Tubers that are de-eyed will produce both more shoots and shorter shoots than tubers that are not de-eyed. Dividing the tubers might not be a good idea, because they are more fragile.
Adenium
Description: The Desert Rose is a native of East Africa. It has fleshy leaves and beautiful 2-inch pink open-trumpet shaped flowers. It is a succulent, and forms more of a bush than a tree. It will be an indoor bonsai in all but the warmest climates. The desert rose produce a massive stem when growing older, but will start blooming when quite young, at only 6 inches tall (15 cm). It makes a nice Bonsai.Care and cultivation:Adenium needs lots of light and fresh air. Keep in a bright location in winter. Growing temperature should not be below 54 degrees. However, in the winter, keeping it cool (between 54-61 degrees) whch gives the plant a needed rest. Desert rose needs little water during winter, especially when kept cool. Increase water during growing and blooming periods. The total watering needed is similar to crassula, portulacaria and other succulents, and it will lose leaves if overwatered. Feed monthly during spring and summer with liquid bonsai fertilizer. Do heavy pruning after the plant's rest period. However, it bleeds profusely, so heavy pruning should be kept to a minimum. New shoots can be pruned regularly. The sap is poisonous, so clean hands after pruning, and avoid getting sap into open wounds. Root prune and repot every two years, after the winter rest period, in a mix of 2 parts bonsai soil, 2 parts peat, and one part sand. Can tolerate being pot-bound. Propagation Methods: From woody stem cuttings - they need to be dried for 3-4 days before planting in a sand-peat mix.Varieties: Adenium obesum, Adenium multiflorum
Caladium Cultivation
Humid tropical climate are the best site to plant Caladiums. They are very easy to grow because they are easily adapt with the environment. They will go dormant when dry, and will grow when it’s wet. They will go dormant too in cold weather, and will grow when it’s warm. If the soil is humid and the weather is warm, they will never go dormant. Growing Environment : Growing media, Actually Caladiums can grow anywhere. To get maximum growth, use highly aerated media, adequate water retention, good drainage, and pH within the range of 5.5 to 6.5 or slightly acidic. Because of the acidic needs, organic media is very suitable. But be aware of highly acidic organic media, too much acid will slow down the growth and the leaves color tends to be darker. Dolomite should be used to adjust the pH to a range of 5.5 to 6.5, and 5 pounds per cubic yard of single superphosphate should be incorporated into the soil. These amendments provide sources of calcium, magnesium and sulphur, create a favorable pH for nutrient availability and reduce problems of iron toxicity associated with low pH. Media mix used by nurseries are vary according to their local supplies of the media. The key is always the same : pH between 5.5 to 6.5, good aeration, water retention, and good drainage. Irrigation : Always keep the media moist but not too wet, don’t let it dries or the plant will stop growing and go dormant. When dormant we have to wait for a certain time since they do not re-sprout quickly. In the wilderness Caladiums dormant in dry season, and re-grow in wet season. Light intensity : Most caladiums do not like direct sunlight. Each cultivars have their own needs in light. Some cultivars have better color in brighter light, some will scorch. Most cultivars do not develop proper color unless they are grown under 2500 to 5000 footcandles of light. Light intensities lower than 2500 footcandles will cause undesirable stretching of petioles, oversized leaves for small pots, and unsightly plants which fall over when handled. There are exceptions since some cultivars require light levels lower than 2500 footcandles for optimal coloration including: the white cultivars Candidum, White Christmas, June Bride, and White Wing; the pink cultivars Kathleen, Fannie Munson, and Lord Derby; and the red cultivars Frieda Hemple, Postman Joyner, Poecile Anglais, and Dr. T. L. Meade. In addition, the dwarf cultivars in the tissue- cultured Honey Bunch series perform best at 1500 to 2500 footcandles. Some cultivars perform well under light levels of 5000 to 10,000 footcandles. Among these are the white cultivars Candidum Junior and Seagull; the pink cultivars Carolyn Whorton, Rosebud, Mrs. W. B. Haldeman, Pink Gem, and Lance Whorton; and the red cultivars Fire Chief and Red Frill. In easy way, just put caladium in tree shade or terrace with no direct sunlight. Temperature : Tropical climate with temperature of 70-90 F is very suitable for caladium. Although a night temperature of 55°F for a few hours over several days can be tolerated, longer durations of cold temperatures or colder temperatures may damage the plants. Re-growth may occur but will be slow and usually of poor quality. Day temperatures above 90°F are not favorable, since the rate of emergence can be reduced. Humidity : Caladiums like high humidity. With high humidity, the growth will be optimum and the leaf will be more colorful. Thai growers use mini greenhouse to keep the humidity very high (90% to 100%) for the best growth. Nutrition : Caladiums require a moderate level of fertility. Many types of fertilizers may be used including organic materials incorporated prior to planting, granular fertilizers, slow-release fertilizers, or liquid fertilizers. Regardless, a balanced fertilizer such as 14–14–14 or 20–20–20 is satisfactory. Plants grown in warmer climates and on sandy soils will require higher fertilizer levels than plants grown in cooler climates or on organic soils and may need supplemental applications throughout the growing season. Too much fertilizer will make the plant produce too much chlorophyll so the laves tends to be greener. Be careful of newly planted tubers, if fertilizer applied it may damage the tubers because of minerals release.
Tips-tips Penyilangan Aglonema
Tahap-tahap penyilangan : 1. Siapkan perlengkapan penyilangan seperti gunting tajam atau silet, kuas atau tusuk gigi, cawan, kantong plastik ukuran 10 cm, label, pensil, dan tali pengikat 2. Pilih bunga yang tepung sarinya sudah matang dan memenuhi tongkol. Cirinya terdapat serbuk putih kekuningan yang memenuhi tongkol bunga 3. Seludang bunga pada tanaman ibu dihilangkan untuk memudahkan penyerbukan 4. Ambil serbuk sari dengan kuas, cotton bud, atau tusuk gigi, lalu oleskan pada putik bunga lain 5. Sematkan label berisi tanggal penyilangan dan nama kedua induk di tangkai bunga atau daun 6. Tutup bunga dengan plastik bila diprediksi hujan 7. Selang 8 bulan kemudian buah aglaonema matang berwarna merah dan bisa dipetik 8. Bersihkan biji dari daging buah 9. Semai biji di media serbuk kelapa dan pasir dengan perbandingan 1:1. Lalu siram dengan air agar media lembap 10. Letakkan semaian di dalam rumah plastik untuk menjaga kelembapan 11. Keluarkan tanaman dari rumah plastik 5 - 6 minggu kemudian 12. Motif dan warna daun asli bisa dilihat ketika berumur 1 tahun
Rose Gardening
The Roses are universally favorite plants. The bright vibrant hues give gardens a splash of color. You can smell the heady perfume of roses during summer as they fill the air. With so many different varieties to choose from rose gardening is a marvelous experience. While it?s true that there many roses that you can choose from, the type is not important. What is important is that you plant them where you can reap the benefits later on. Roses are hardy plants. With so many gardeners breeding new hardy varieties, roses can now grow in any type of condition. Difficult soil and garden problems are no longer a barrier to well grown rose gardens. The key to rose gardening lies in buying plants that are at least two years old, that have been field grown and are budded. If your young rose plants are pruned then the heavy stems need to be 1/4 inches in diameter at the top. On the other hand if the rose plant is not pruned, then there should be three or more heavy stems that are 18 inches in diameter. You need to plant your roses in a sunny, well-drained spot. You should trim of all the bruised and broken stems off. In rose gardening roses needed to be eased into the ground. You first dig a hole 6 inches deeper than the rose roots need, then make the hole wide and big all around so that the roots will not grow crowded or bent. The bottom of the hole should have small rocks or pebbles in it. This rock formation will aid in the drainage for the roses. After the stones have been placed, mix one tablespoon of fertilizer over the stones. Above this lay good fertile soil until the level is where you will plant your rose plant. In the mound of soil make a small hole and carefully plant your rose bush in there. You will need to make sure that the hole has room for the roots. Then cover the roots with soil, firming the soil every so often. Rose gardening requires that you feed your roses at regular intervals to ensure healthy growth. The first feeding should therefore be given in early spring, before the roses bloom. The second feeding will come after the first heavy blossoming is finished. The third feeding occurs in late summer. If you are lucky there might be roses that will bloom until about November. If this is the case, then feed your plants a fourth time around While all this care does help in rose gardening, chemical pesticides are needed to prevent sucking and chewing insects from damaging your roses. This pesticide also works to cut down on the fungus that likes to grow on roses. Rose gardening is a lovely pleasant smelling hobby to do. If you take care of your plant during the initial days, then you will be rewarded with big, vibrant blossoms that are a joy to behold.
Budidaya Bunga Yang Mendatangkan Rejeki
JANGAN pernah anggap enteng keterampilan dan hobi ibu rumah tangga. Pasalnya, jika keterampilan ini terus dikembangkan dengan telaten, bukan tidak mungkin mendatangkan rejeki berlimpah di kemudian hari. Cukup banyak kisah sukses ibu rumah tangga semacam itu. Di Balikpapan sendiri, kisah keberhasilan semacam ini tidak sedikit didapatkan ibu rumah tangga warga kota beriman. Salah satu keterampilan dan hobi yang bisa mendatangkan rupiah itu, adalah budidaya anggrek dan aneka bunga hias lainnya. “Menekuni bisnis menjual bunga Anggrek memberikan suatu keuntungan yang berlimpat, kata Hj Antung Achmadi, salah seorang wanita yang menekuni usaha ini. Menurutnya, bukan hanya keuntungan yang sifatnya materi tapi juga inmateri, bisa didapat dari bisnis yang umumnya berawal dari hobi ini. Dengan melihat warna-warni bunga Anggrek ini, menimbulkan rasa tenang dan sejuk. Selain itu,ia mengungkapkan berjualan Anggrek akan mengajarkan kepada kita, untuk tidak serakah memiliki sesuatu karena itu sifatnya sementara. “Dengan sering memelihara dan mencari berbagai jenis anggrek, maka kita akan mengetahui daerah (semisal pulau) asal dari anggrek dengan melihat mahkota saja. Misalnya bila anggrek itu mahkotanya mempunyai toto-totol besar maka anggrek itu berasal dari Sulawesi,” jelasnya. Namun ia menambahkan anggrek dengan totol-totol juga bisa dari Maluku, tapi totolnya menyerupai garis (guratan)-guratan, tambahnya. Namun, bunga Anggrek Kalimantan juga tidak kalah bagus dan indah dibandingkan anggrek dari daerah lain. Salah satu jenis Anggrek dari Kalimantan selain Anggrek Hitam adalah Ceologyne espezata. Ciri dari anggrek yang satu ini mempunyai bunga yang cukup banyak (rimbun), bahkan bisa menutupi batang bunganya anggrek itu. Guna menambah koleksi bunga anggreknya, ia mengaku seringkali mengikuti berbagai pameran bunga di berbagai kota di Indonesia, seperti di Bandung, Jakarta, Surabaya dan Yogyakarta. “Dari mengikuti pameran bunga inilaha saya sering mendapatkan berbagai jenis anggrek dari luar negeri seperti Brazil, Hongkong dan lainnya. Bahkan salah satu koleksi saya adalah anggrek yang menjadi juara pertama tingkat dunia tahun 2003 yang dilaksanakan di Malaysia,” ujar Hj Antung saat ditemui Metro di kediamannya belum lama ini. Saat ini Hj. Antung mempunyai sekitar 100 jenis anggrek yang tertata rapi di halaman depan dan belakang rumahnya. Ditambahkannya, kebanyakan yang membeli bunganya adalah langganan-langganan tetapnya, jadi tidak pernah mempersoalkan harga yang ditawarkan. Ia menjual bunganya mulai dari sekitar 50 ribu sampai ratusan ribu rupiah. “Namun terkadang saya juga menjual di bawah harga itu,” tambahnya. Di tempat terpisah, Hj Siti Afifah seorang pedagang bunga anggrek lainnya mengakui, ada kepuasan tersendiri saat melihat tanaman yang dirawat dan pelihara itu tumbuh dan berkembang meskipun secara perlahan. “Kepuasan ini mungkin dapat kita samakan seperti halnya kita memelihara dan merawar anak-anak kita,” ujarnya. Hal inilah yang menjadikan ibu 2 anak ini, menyukai menjual anggrek khusus dari bibit. Ketika baru mulai tumbuh, akan ada banyak gangguan, seperti hama, karena itulah ia juga menjual beberapa obat hama tanaman ini serta fungsi dan cara penggunaannya. “Rata-rata bibit anggrek di jual sekitar Rp5 ribu–Rp10 ribu,” papar dia. Selain menguntungkan (mendapatkan uang), usaha yang sebagian besar dilakukan di rumah ini, juga membuat wanita atau ibu rumah tangga bisa dekat dengan keluarga atau sekaligus dapat mengawasi anak-anak. Ia menambahkan, pada dasarnya memelihara anggrek cukup mudah, asalkan orang itu yakin yang ditanamnya akan tumbuh. Kepuasan batin melihat dan memelihara bunga anggrek ini bukan hanya dirasakan, ke dua pengusaha ini, namun belaku pula bagi pencinta anggrek sepeti yang diungkapan Rika Wigihanti. Ibu ini mengakui, ia lebih senang membelajakan uang sisa bulanannya untuk membeli anggrek daripada baju. Penggemar Anggrek, ini mengakui bisa menghabiskan sekitar Rp400 ribu setiap kali berbelanja tanaman yang satu ini. “Yang membuat saya tertarik memilihara anggrek, karena warna bunganya bermacam-macam dengan berbagai kombinasi,” jelasnya. Saking cintanya pada anggrek, pernah satu kali ketika tanaman Anggreknya tiba-tiba bolong karena diserang ulat, ibu ini dengan dibantu suaminya mencari ulat itu sampai hampir jam 12 malam,” ujarnya tertawa.
Kiat Memelihara Anthurium
Rajin menyiram, belum cukup. Cara menyiram, dan meletakkan anthurium, juga penting. Bahkan, ada perlunya kita menyulap supaya daun anthurium menjadi kinclong. Berikut sejumlah kiat yang layak disimak. Penampilan tanaman athurium yang prima selalu menjadi dambaan setiap pemiliknya. Untuk dapat memiliki anthurium yang mantap, prima, eksklusif dan megah, serta sedap dipandang mata, perawatan jelas menjadi kunci utama. A. PENYIRAMAN: Penyiraman memegang peran penting untuk menjamin pertumbuhan anthurium yang sehat. Namun demikian selalu disarankan, penyiraman tidak boleh berlebihan. Air tidak boleh sampai tergenang, atau media sampai becek. Secara ringkas, penyiraman anthurium hanya berfungsi untuk menjaga kelembaban media saja. Yang ideal penyiraman dilakukan satu hari sekali, pada pagi hari sebelum pukul 10.00 atau sore hari setelah pukul 17.00, untuk menghindari penguapan. Pada musim kemarau, atau saat suhu sangat tinggi dan kelembaban udara juga meningkat, jadwal penyiraman boleh dilakukan 2-3 kali sehari. Apabila media masih basah, penyiraman tidak perlu dilakukan. Penyiraman yang terlampau sering justru menyebabkan tanaman busuk dan memicu munculnya penyakit. Upayakan menggunakan air yang bersih dan terhindar dari pencemaran. Penyiraman bisa dilakukan dengan sprayer ke arah media tanamnya, bukan pada daunnya untuk menjaga agar daun tidak robek. B. PEMUPUKAN: Pupuk dasar bagi anthurium adalah NPK. Di pasaran saat ini tersedia pupuk NPK dalam bentuk slow release seperti Dekastar atau Osmocote. Apabila menggunakan pupuk ini, pemupukan cukup dilakukan enam bulan sekali. Pupuk NPK diberikan dengan cara disebar di sekitar tajuk tanaman. Jumlahnya, mengikuti petunjuk yang tertera pada kemasan. Jenis pupuk yang diberikan, sebaiknya disesuaikan dengan kondisi dan fase pertumbuahnnya: • Pada tanaman muda, gunakan pupuk dengan kandungan N (Nitrogen) yang tinggi untuk merangsang pertumbuhan vegetatif. • Pada saat tanaman sudah mencapai fase generatif, bisa diberikan pupuk dengan kandungan P (Phospor) dan K (Kalium) yang tinggi guna merangsang munculnya bunga. Selain pupuk dasar NPK, sebaiknya juga diberikan pupuk kandang atau humus sedikitnya setahun sekali. Pupuk kandang yang digunakan harus steril. Untuk anthurium daun, banyak hobbyst menambahkan dengan menyemprotkan pupuk majemuk, seperti Gandasil atau Atonik sesuai aturan. Disebut pupuk majemuk karena kandungannya tidak hanya NPK tetapi juga ada unsur tambahan. C. PENEMPATAN: Anthurium sebaiknya ditempatkan di tempat semi teduh. Tepatnya, lokasi dengan intensitas cahaya antara 30-40%. Misalnya, di teras rumah, halaman rumah di bawah pohon pelindung, atau ruangan dalam dekat jendela. Jika diletakkan di dalam rumah, sebaiknya taruh dekat jendela atau yang terkena cahaya matahari. Anthurium yang diletakkan di dalam rumah, sebaiknya di keluarkan secara berkala. Sedikitnya 3 hari sekali selama sehari penuh. Karena tanaman yang terlalu lama bnerada di dalam ruangan, cenderung membuat daun-daunnya pucat. Jika ruangan ber-AC, daun menjadi kering dan warna hijau menjadi kusam. Jika diletakkan di halaman terbuka, harus menggunakan shading net yang memiliki ketebalan 60%, yang memungkinkan hanya 40 % cahaya masuk. Jangan terlalu gelap, atau teduh. Ini bisa membuat pertumbuhan fisik tanaman terganggu. Misalnya, tangkai daun anthurium yang mestinya bertangkai pendek, menjadi memanjang, bentuk daun yang mestinya bulat, menjadi runcing, dan berbagai perubahan lainnya. Yang selalu harus diingat, jangan sampai anthurium kita terkena cahaya matahari langsung, daun anthurium bisa terbakar (necrosis) dan musnah sudah keindahan anthurium sebagai tanaman hias berdaun indah.
D. PERAWATAN DAUN: Daun adalah bagian dari anthurium yang paling spesial. Kalau daun anthurium kotor penuh debu, atau sobek, kadar ketistimewaannya dengan sendirinya akan merosot.
Untuk menjaga agar daun-daun anthurium kita selalu kinclong dan ngejreng, tentu saja kita harus menjaganya dari kotoran atau debu. Kalau dianggap perlu, boleh saja kita melapnya dengan tissue basah atau kain halus yang basah, setiap hari.
Sedang untuk menjaga agar daun-daun anthurium yang kita sayangi tidak sobek, atau hangus terbakar matahari sebaiknya kita meletakkan tanaman anthurium di tempat yang kita anggap paling aman baik dari lalulintas orang lalulalang maupun cahaya matahari langsung.
E. SANITASI: Yang dimaksud sanitasi di sini adalah kebersihan yang meliputi kebersihan lingkungan, media tanam dan alat kerja. Harus diingat, bahwa kondisi lingkungan dan cuaca jelek, terutama di musim hujan sering-sering memicu munculnya berbagai jenis penyakit seperti bakteri atau jamur.
Media tanam selalu dianjurkan steril. Tujuannya, juga untuk mencegah munculnya cendawan.
Dikutip dari buku Pesona Anthurium Daun, karangan Kurniawan Junaedhie
D. PERAWATAN DAUN: Daun adalah bagian dari anthurium yang paling spesial. Kalau daun anthurium kotor penuh debu, atau sobek, kadar ketistimewaannya dengan sendirinya akan merosot.
Untuk menjaga agar daun-daun anthurium kita selalu kinclong dan ngejreng, tentu saja kita harus menjaganya dari kotoran atau debu. Kalau dianggap perlu, boleh saja kita melapnya dengan tissue basah atau kain halus yang basah, setiap hari.
Sedang untuk menjaga agar daun-daun anthurium yang kita sayangi tidak sobek, atau hangus terbakar matahari sebaiknya kita meletakkan tanaman anthurium di tempat yang kita anggap paling aman baik dari lalulintas orang lalulalang maupun cahaya matahari langsung.
E. SANITASI: Yang dimaksud sanitasi di sini adalah kebersihan yang meliputi kebersihan lingkungan, media tanam dan alat kerja. Harus diingat, bahwa kondisi lingkungan dan cuaca jelek, terutama di musim hujan sering-sering memicu munculnya berbagai jenis penyakit seperti bakteri atau jamur.
Media tanam selalu dianjurkan steril. Tujuannya, juga untuk mencegah munculnya cendawan.
Dikutip dari buku Pesona Anthurium Daun, karangan Kurniawan Junaedhie
Pacar.....Air...
(Impatiens balsamina Linn.) Sinonim: Impatiens cornuta, Linn. Impatiens hortensis, Desf. Impatiens mutila, D.C. I.triflora Blanco Balsamina mutila, DC. Familia: Balsaminaceae Uraian: Berupa terna berbatang basah, bercabang, dengan daun tunggal, bentuk lanset memanjang pinggir bergerigi warna hijair muda tanpa daun penumpu. Bunga berwarna cerah, ada beberapa macam wama, seperti merah, oranye, ungu, putih, dll., ada yang "engkel" dan ada yang "dobel". Buahnya buah kendaga, bila masak akan membuka menjadi 5 bagian yang terpilin. Biasanya ditanam sebagai tanaman hias dengan tinggi 30 80 cm. Nama Lokal : Sumatera: Lahine, paruinai, Jawa: pacar cai, pacar banyu; Kimhong (Jakarta), Nusatenggara: pacar foya, pacar aik; Sulawesi: Tilang-gele duluku, kolendingi unggaagu; Bunga jabelu, giabebe, gofu, laka gofu, bunga taho, ; inai anyer. (Maluku); Feng xian hum (China).; Penyakit Yang Dapat Diobati : Peluruh haid, Kanker pencernaan, Bengkak, Reumatik, Bisul; Gigitan ular, Ranadang kulit, Keputihan, Tulang patah/retak; Rasa nyeri, Anti-inflamasi, tertusuk benda asing di kerongkongan; Komposisi : SIFAT KIMIAWI DAN FARMAKOLOGIS: Terasa pahit, hangat, sedikti toxic (beracun). Berkhasiat melancarkan peredaran darah, melunakkan masa/benjolan yang keras. KANDUNGAN KIMIA: Bunga :Anthocyanins, cyanidin, delphinidin, pelargonidin, malvidin, kaempherol, quercetin. Akar :Cyanidin mono-glycoside.
Pengamatan Dan Pengendalian OPT Pada Tanaman Anggrek
Hama Tungau Merah Tennuipalvus orchidarum Parf.Ordo : AcarinaFamili : Tetranychidae. 1) Tanaman Inang : Jenis-jenis yang dapat diserang hama ini adalah Phalaenopsis sp., Dendrobium sp., Orchidium sp., Vanda sp. dan Granatophyllium sp., kapas, kacang-kacangan, jeruk, dan gulma terutama golongan dikotil. 2) Gejala Serangan :Tungau sangat cepat berkembang biak dan dalam waktu singkat dapat menyebabkan kerusakan secara mendadak. Bagian tanaman yang diserang antara lain tangkai daun dan bunga. Tangkai yang diserang akan berwarna seperti perunggu. Pada permukaan atas daun terdapat titik/bercak berwarna kuning atau coklat, kemudian meluas dan seluruh daun menjadi kuning. Pada permukaan bawah berwarna putih perak dan bagian atas berwarna kuning semu. Pada tingkat serangan lanjut daun akan berbercak coklat dan berubah menjadi hitam kemudian gugur. Pada daun Phalaenopsis sp. mula-mula berwarna putih keperakan kemudian menjadi kuning. Hama ini dapat berjangkit baik pada musim hujan maupun musim kemarau, namun umumnya serangan meningkat pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan serangan berkurang karena terbawa air. Kerusakan dapat terjadi mulai dari pembibitan. 3) Biologi : Tungau berwarna merah, berukuran sangat kecil yaitu 0,2 mm sehingga sukar untuk dilihat dengan mata telanjang. Tungau dapat dijumpai pada daun, pelepah daun dan bagian-bagian tersembunyi lainnya. Telur tungau berwarna merah, bulat dan diletakkan membujur pada permukaan atas daun. Kumbang Gajah Orchidophilus aterrimus (= Acythopeus) aterrimus Wat. Ordo : Coleoptera Famili : Curculionidae 1) Tanaman Inang : Jenis anggrek yang diserang adalah anggrek epifit antara lain Arachnis sp., Cattleya sp., Coelogyne sp., Cypripedium sp., Dendrobium sp., Cymbidium sp., Paphiopedilum sp., Phalaenopsis sp., Renanthera sp., dan Vanda sp. 2) Gejala Serangan : Kumbang bertelur pada daun atau lubang batang tanaman. Kerusakan terjadi karena larvanya menggerek daun dan memakan jaringan di bagian dalam batang sehingga mengakibatkan aliran air dan hara dari akar terputus serta daun-daun menjadi kuning dan layu. Kerusakan pada daun menyebabkan daun berlubang-lubang. Larva juga menggerek batang umbi, pucuk dan batang untuk membentuk kepompong, sedangkan kumbang dewasa memakan epdermis/permukaan daun muda, jaringan/tangkai bunga dan pucuk/kuntum sehingga dapat mengakibatkan kematian bagian tanaman yang dirusak. Serangan pada titik tumbuh dapat mematikan tanaman. Pada pembibitan Phalaenopsis sp. dapat terserang berat hama ini. Seangan kumbang gajah dapat terjadi sepanjang tahun, tetapi paling banyak terjadi pada musim hujan, terutama pada awal musim hujan tiba. 3) Biologi :Kumbang berwarna hitam kotor/tidak mengkilap dengan ukuran bervariasi 3,5-7 mm termasuk moncong. Kumbang bertelur pada daun atau lubang pada batang tanaman. Larva menggerek ke jaringan batang atau masuk ke pucuk/kuncup dan tangkai sampai menjadi pupa. Fase larva (ulat), pupa (kepompong) sampai dewasa (kumbang) berlangsung dalam pseudobulb. Larva yang baru menetas menggerek pseudobulb, makan dan tinggal di dalam pseudobulb tersebut. Pupa terbungkus oleh sisa makanan dan terletak di rongga bekas gerekan di dalam pseudobulb. Kumbang Penggerek Omobaris calanthes Mshl. Ordo : Colepotera Famili : Curculionidae 1) Tanaman Inang : Jenis anggrek yang diserang terutama adalah anggrek tanah terutama jenis Calanthe sp. dan Phajus sp. 2) Gejala Serangan : Berbeda dengan kumbang gajah, larva kumbang ini menggerek masuk ke jaringan akar/umbi, pucuk dan tangkai bunga sehingga dinding gerekan menjadi hitam. Sedangkan kumbang dapat dijumpai di bagian tengah tanaman di antara daun bawah. Serangga membuat sejumlah lubang, seringkali berbaris di daun dan juga tunas utama yang masih terlipat yang kemudian dapat patah dan mati. Pada tahap awal seringkali merusak akar tanaman dan pada saat bunga masih kuncup. Serangan berat menyebabkan tanaman terlihat merana dan dapat mematikan tanaman anggrek secara keseluruhan. 3) Biologi : Pertumbuhan larva dapat mencapai panjang 5 mm. Kumbang Penggerek Akar Diaxenes phalaenopsidis Fish. Ordo : Coleoptera Famili : Cerambycidae 1) Tanaman Inang : Larva maupun kumbang ini dapat menyerang tanaman anggrek Renanthera sp., Vanda sp., Dendrobium sdp., Oncidium sp. dan lebih khusus anggrek Phalaenopsis sp. 2) Gejala Serangan : Larva menggerek akar sehingga akar mengering dan dapat mengakibatkan kematian. Larva juga menyerang bunga. Kerusakan yang diakibatkan oleh hama ini akan sangat berat jika tidak segera dikendalikan. 3) Biologi : Telur berwarna hijau terang dengan panjang 2,4 mm dan diletakkan di bawah kutikula akar. Larva berwarna kuning dan membentuk pupa dalam suatu kokon yang berserabut/berserat padat. Kumbang dapat hidup sampai 3 bulan dan daur hidup mencapai 50-60 hari. Pada siang hari kumbang ini bersembunyi dan pada malam hari memakan daun bagian atas dan meninggalkan potongan/bekas gerekan yang tidak beraturan di permukaan. Kumbang Penggerek Oulema (= Lema) pectoralis Baly. Ordo : Coleoptera Famili : Chrysomelidae 1) Tanaman Inang : Arachnis sp., Grammatophyllum sp., Vanda sp., Phalaenopsis sp., Calanthes sp. dan kadang-kadang menyerang Dendrobium sp. 2) Gejala Serangan : Larva membuat lubang pada daun, akar, kuntum bunga dan bunga. Serangga dewasa juga dapat memakan daun. 3) Biologi : Kumbang berwarna hijau kekuningan. Tubuhnya diselubungi busa yang berwarna hijau tua. Larvanya membuat lubang pada daun, akar, kuntum bunga dan bunganya. Kumbang mempunyai tipe criocerin sepanjang punggung dan pronotum yang sempit. Serangga dari famili ini berasosiasi dengan rumput-rumputan dan monokotiledon lain. Larva yang semula berwarna abu-abu, dengan meningkatnya umur, akan berubah menjadi kuning. Tubuh larva senantiasa tertutup oleh kotorannya sendiri. Telur diletakkan terpisah-pisah pada bunga dan petiola. Telur berwarna kuning kehijauan dengan panjang 1,25 mm. Larva yang baru menetas membawa kulit telur di punggungnya. Daur hidup mencapai 30 hari.Kutu Perisai Parlatoria proteus Curt. Ordo : Hemiptera Famili : Diaspididae 1) Tanaman Inang : Kutu ibi tersebar luas dan terutama dijumpai pada tanaman anggrek Dendrobium sp., Renanthera sp., Vanda sp. dan jenis-jenis anggrek tanah, dan palem. 2) Gejala Serangan : Tanaman yang terserang berwarna kuning merana, kadang -kadang daun berguguran. 3) Biologi : Kutu mempunyai perisai berwarna coklat merah berukuran + 1,5 mm, kutu dewasa berwarna gelap berbentuk bulat, pipih, melekat pada bagian tanaman terserang. Telurnya diletakkan di bawah perisai/tempurung, sehingga tidak terlihat dari atas. Larva tidak bertungkai, berbentuk bulat. Kutu dewasa betina tidak bersayap sedangkan yang jantan bersayap. Pengorok Daun Gonophora xanthomela ( = Agonita spathoglottis) Ordo : Coleoptera Famili : Chrysomelidae 1) Tanaman Inang : Hama ini menyerang jenis-jenis anggrek Phalaenopsis amabilis, Vanda tricolor, V. coerulea, Arundina sp. dan Aspathoglottis sp.2) Gejala Serangan Larva mengorok bagian dalam daun dan meninggalkan bagian epidermis sehingga daun tampak transparan. Serangan berat terjadi pada musim hujan. 3) Biologi : Kumbang berukuran 6 mm, terdapat tanda hitam dan oranye. Telur diletakkan pada permukaan bawah daun dan ditutupi kotoran. Ulat Bunga Chliaria othona Ordo : Lepidoptera Famili : Lycaenidae 1) Tanaman Inang : Ulat ini menyerang jenis-jenis anggrek Dendrobium sp., Phalaenopsis sp., Arundina sp., Phajus sp. 2) Gejala Serangan : Ulat memakan bunga atau pucuk anggrek. Setelah menetas dari telur segera masuk dan merusak ke dalam pucuk sampai ke bunga.3) Biologi : Ulat berbentuk pipih. Larva yang baru menetas dari telur masuk ke dalam pucuk sampai bunga. Stadia pupa terjadi di daun dan umbi-umbian dalam lapisan anyaman dan pupa berbalut lapisan sutera.Pemakan Daun Negeta chlorocrota Hps. Ordo : Lepidoptera Famili : Noctuidae 1) Tanaman Inang : Kerusakan paling banyak pada Dendrobium sp., dan Arachnis sp.. dan serangga juga dijumpai pada Phalaenopsis sp. dan aneka anggrek liar. 2) Gejala Serangan : Larva memakan daun muda dan meninggalkan potongan-potongan daun yang putih dan transparan. Kerusakan disebabkan oleh instar selanjutnya pada daun yang lebih tua. Pucuk-pucuk muda juga diserang. Pada populasi tinggi larva menggerogoti daun, potongan oval dari daun yang tertinggal di atas dan digunakan untuk membentuk tempat pupa. 3) Biologi : Ulat merupakan semi penggulung daun anggrek. Ulat instar lanjut berwarna hijau pudar dengan garis gelap membujur dan empat tanda di punggung. Seta (bulu) panjang tumbuh dari kecil dan hitam. Panang larva + 35 mm. Ngengat muda tidak terbang sangat jauh. Telur berduri dan dijumpai di daun, pucuk dan bunga. Di Bogor siklus hidup mencapai 38 hari. Kutu Putih Pseudococcus sp. Ordo : Hemiptera Famili : Pseudococcidae 1) Tanaman Inang : Hama ini tersebar luas dan merupakan hama penting pada tanaman buah-buahan dan tanaman hias. 2) Gejala Serangan Pada Dendrobium sp., kutu menyerang ujung akar, bagian daun sebelah bawah dan batang. Bagian tanaman terserang akan berwarna kuning dan akhirnya mati karena hama ini mengisap cairan sel. Pada Phalaenopsis sp., kutu menyerang ketiak daun di sekitar titik tumbuhnya, sehingga menyebabkan tanaman mati. 3) Biologi :Seluruh tubuh tertutup oleh lilin termasuk tonjolan pendek yang terdapat pada tubuhnya. Kutu berwarna coklat kemerahan, panjang 2 mm, dan memproduksi embun madu sehingga menarik bagi semut untuk berkumpul. Kutu memperbanyak diri melalui atau tanpa perkawinan (partenogenesis). Perkembangan satu generasi memerlukan waktu selama 36 hari. Siput Setengah Telanjang (Slug) Parmarion pupillaris Phyllum : Mollusca1) Tanaman Inang : Bersifat polifag, selain menyerang anggrek juga pada kol, sawi, tomat, kentang, tembakau, karet dan ubi jalar. 2) Gejala Serangan : Siput memakan daun dan membuat lubang-lubang tidak beraturan. Seringkali ditandai dengan adanya bekas lendir sedikit mengkilat dan kotoran. Akar dan tunas anakan juga diserang. Seringkali merusak pesemaian atau tanaman yang baru saja tumbuh. Siput juga makan bahan organik yang telah membusuk atauun tanaman yang masih hidup. 3) Biologi : Siput tidak memiliki cangkok, berukuran panjang 5 cm, berwarna coklat kekuningan atau coklat keabuan. Rumah pada punggungnya kerdil dan sedikit menonjol. Siput tidak beruas, badannya lunak, bisa mengeluarkan lendir, berkembang biak secara hermaprodit namun sering juga terliha mereka mengadakan perkawinan dengan sesama. Siput menyukai kelembaban. Telur diletakkan pada tempat-tempat yang lembab. Siput biasanya pada waktu siang hari bersembunyi di tempat yang teduh dan aktif mencari makan pada malam hari. Alat untuk makan berbentuk seperti lidah yang kasar seperti parut yang disebut radula. Siput Telanjang Vaginula bleekeri atau Filicaulis bleekeri Phyllum : Mollusca 1) Tanaman Inang : Selain menyerang anggrek, juga merusak pesemaian sayuran seperti kol, sawi, tomat dan tembakau. 2) Gejala Serangan : Gejala serangan mirip Parmarion. Siput menyerang tanaman pada waktu malam hari. Bagian tanaman yang diserang adalah daun dan pucuk-pucuknya.3) Biologi : Bentuk siput seperti lintah, berwarna coklat keabuan, pada punggungnya terdapat bercak-bercak coklat tua yang tidak teratur dan ada sepasang garis memanang, panjang tubuh + 5 cm. Bekicot Achatina fulica atau A. variegata Phyllum : Mollusca 1) Tanaman Inang : Bekicot selain merusak tanaman anggrek, juga tanaman bunga bakung, bunga dahlia, pepaya, tomat. 2) Gejala Serangan : Bekicot banyak merusak seluruh bagian tanaman dengan memakan daun dan bagian tanaman lain. Selain itu juga makan tanaman yang telah mati. 3) Biologi : Bekicot mempunyai cangkok (rumah), dengan ukuran panjang + 10-13 cm. Pada waktu siang hari bekicot ini sering istirahat pada batang pepaya, pisang dan dinding rumah. Pada waktu malam hari mencari makanan. Siang hari mencari tempat perlindungan di lubang tanah, kaleng atau bambu. Bila diganggu mereka akan menarik kepalanya ke dalam rumahnya. Kadang-kadang dapat mengeluarkan suara. Pada waktu musim kemarau yang panjang dan udara panas, kepala dan seluruh badan dimasukkan dalam rumah dan lubangnya ditutup dengan suatu lapisan membran yang tebal hingga ia dapat bertahan hidup selama musim kemarau + 6 bulan. Bila musim hujan tiba dalam beberapa jam mereka dapat segera mengakhiri masa istirahatnya dan mulai mencari makanan. Bekicot yang baru saja menetas bisa tahan tidak makan selama 1 bulan. Bekicot yang besar bisa tahan terendam air tawar selama 12 jam, tetapi kalau air mengandung garam bekicot akan mati dengan pelan-pelan. Telurnya berwarna kuning dengan diameter + 5 mm, biasanya terdapat dalam kelompok telur yang jumlahnya 100-500 butir gumpalan telur yang diameternya bisa sampai + 5 cm. Biasanya terletak di bawah batu, tanaman atau dalam tanah gembur. Telur ini akan menetas dalam 10-14 hari. Tungau Jingga Anggrek Pseudoleptus vandergooti (Oud) Ordo : Acarina Famili : Tertranychidae 1) Tanaman Inang : Anggrek Dendrobium sp. sangat peka terhadap serangan tungau jingga. 2) Gejala Serangan : Serangan hama ini mengakibatkan daun dan jaringan batang berubah warna. 3) Biologi : Tungau berukuran 0,3 mm, hidup berkoloni pada daun-daun yang mati. Thrips Anggrek Dichromothrips (= Eugniothrips) smithi (Zimm) Ordo : ThysanopteraSub Ordo : Terebrantia 1) Tanaman Inang : Thrips anggrek dari P. Jawa ditemukan pula di Taiwan. Thrips mengakibatkan kerusakan serius pada pembibitan anggrek Arachnis sp., Cattleya sp., Dendrobium sp., Renanthera sp., dan Vanda sp. 2) Gejala Serangan : Serangan hama ini mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat, bunga berguguran, daun berubah bentuk dan berwarna keperakan. Pada musim kemarau serangan thrips dapat mengakibatkan penurunan produksi bunga. 3) Biologi : Hama ini sangat kecil, dan berwarna abu-abu, ada juga yang berwarna kecoklatan. Panjangnya kira-kira 1-1½ mm. Trips mempunyai tiga pasang kaki, dan berbadan ramping. Kepik Anggrek Mertila malayensis Dist. Ordo : Hemiptera Famili : Miridae1) Tanaman Inang : Kepik ini memiliki daerah penyebaran meliputi wilayah Asia Selatan dan Timur. Kepik dapat ditemukan pada anggrek Phalaenopsis sp., Bulbophyllum sp., Renanthera sp., Vanda sp. 2) Gejala Serangan :Serangan kepik menimbulkan gejala bintik-bintik putih kuning pada permukaan atas dan bawah daun anggrek. Kadang-kadang titik-titik tersebut sangat rapat sehingga merupakan bercak putih. Tanaman yang terserang lama-lama menjadi gundul. 3) Biologi : Kepik berwarna merah kehitaman. Telur diletakkan di daun, dan nimfa yang baru menetas berwarna merah mirip dengan tungau. Serangga biasanya hidup berkelompok, jika diganggu maka akan melarikan diri dengan cepat. Di Salatiga siklus hidup sekitar 4 minggu, dan serangga dewasa dapat hidup selama 2 bulan. Kutu Daun Anggrek Cerataphis oxhidiarum (West) Ordo : Homoptera Famili : Aphidoidea 1) Tanaman Inang : Kutu ini tersebar luas dan terutama dijumpai pada tanaman anggrek Dendrobium sp., Renanthera sp., Vanda sp. dan jenis-jenis anggrek tanah. 2) Gejala Serangan : Kutu daun menempel pada daun, dan menyebabkan daun yang terserang berubah menjadi kuning, kemudian coklat, akhirnya mati. 3) Biologi : Spesies kutu daun ini berwarna coklat gelap sampai hitam. Pada waktu masih muda, serangga berwarna hijau. Penyebaran meliputi di daerah tropis. Kutu Tempurung Aspidiotus sp. Ordo : HomopteraFamili : Diaspididae 1) Tanaman Inang : Di daerah Bogor kutu tempurung ditemukan pada anggrek Renanthera sp. dan Vanda sp., kelapa, kelapa sawit, pisang, mangga, alpukat, jambu biji, kakao, karet, keluwih, jahe dan the. 2) Gejala Serangan : Serangga ini mengisap cairan daun di bagian permukaan bawah sehingga meninggalkan bercak-bercak dan menyebabkan daun berwarna kuning kecoklatan. Kutu mengisap cairan daun, sehingga makin lama cairan daun habis dan jaringan di sekelilingnya terjadi nekrosis. Pada serangan berat seluruh daun menjadi kering dan kemudian rontok. 3) Biologi : Serangga dewasa berwarna merah coklat gelap berukuran panjang 1,5 mm. Kutu betina dapat menghasilkan telur 20-30 butir. Telur diletakkan di dalam perisai di bawah badannya. Nimfa yang baru menetas akan ke luar dari perisai, berkelompok di permukaan bawah daun. Periode telur sampai dewasa mencapai 1,5-2 bulan. Aktivitas puncak terjadi pada musim kering. Siput Kecil Lamellaxis (= Opeas) gracilis (Hutt.) dan Subulina octona Brug. Phyllum : Mollusca 1) Tanaman Inang :Di daerah Deli (Sumatera) sering ditemukan pada bedengan pembibitan tembakau, dan di daerah lain di Indonesia ditemukan menyerang sayuran di rumah kaca. 2) Gejala Serangan : Siput ini tinggal pada tanaman anggrek di antara media tumbuh dalam pot dan menyerang bagian akar. Malam hari siput naik ke permukaan pot dan menyerang bagian daun. Serangan berat terjadi pada musim hujan. 3) Biologi : Tempurung hama panjangnya 11 mm dan berwarna kuning terang. Kedua spesies hama ini di alam sering bercampur. Penyakit Busuk Hitam Phytopthora spp. 1) Tanaman Inang : Penyakit ini terutama dijumpai pada anggrek Cattleya sp., Phalaenopsis sp., Dendrobium sp., Epidendrum sp. dan Oncidium sp. 2) Gejala Serangan : Infeksinya tampak dengan adanya noda-noda hitam yang menjalar dari bagian tengah tanaman hingga ke daun. Dalam waktu relatif singkat seluruh daun sudah berjatuhan. Cendawan ini menyerang pucuk tanaman dan titik tumbuh. Bagian pangkal pucuk daun terlihat basah dan bila ditarik mudah terlepas. Bila menyerang titik tumbuh, pertumbuhan akan terhenti. Penyebaran penyakit ini sangat cepat bila keadaan lingkungan lembab. Pada Cattleya penyakit dapat timbul pada daun, umbi semu, akar rimpang dan kuncup bunga. Penyakit ini juga dapat timbul pada pesemaian sebagai penyakit busuk rebah. Pada daun terjadi bercak besar, berwarna ungu tua, coklat keunguan, atau hitam. Bercak dikelilingi halo kekuningan. Dari daun penyakit berkembang ke umbi semu, akar rimpang, bahkan mungkin ke seluruh tanaman. Jika penyakit mula-mula timbul pada umbi semu, maka umbi ini akan menjadi hitam ungu, dan semua yang terletak di atasnya akan layu. Seringkali daun menjadi rapuh dengan goyangan sedikit saja daun akan terlepas sedikit di atas umbi semu. Infeksi yang terjadi pada permukaan tanah dapat menyebabkan busuk kaki. Pada Vanda, mula-mula pada pangkal daun terjadi bercak hitam kecoklatan tidak teratur, dengan cepat meluas ke seluruh permukaan daun dan pada daun-daun sekitarnya. Pada umumnya penyakit timbul di daerah pucuk tanaman. Pada bagian ini daun-daun berwarna hitam coklat kebasah-basahan dan mudah sekali gugur. Kadang-kadang penyakit juga timbul pada batang dan daerah perakaran. 3) Morfologi/Epidemiologi : Cendawan membentuk sporangium, mudah terlepas, bulat telur atau jorong, pangkalnya membulat, mempunyai tangkai pendek dan hialin. Spora Phytophthora dapat dipencarkan oleh angin, dan percikan air. Akar rimpang dapat dapat terinfeksi karena patogen yang terbawa oleh pisau yang dipakai untuk memotong (memisahkan tanaman). Penyakit juga berkembang oleh kelembaban yang tinggi, karena air membantu pembentukan, pemencaran, dan perkecambahan spora. Antraknosa. Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc. (Stadium Sempurna : Glomerella cingulata) 1) Tanaman Inang :Penyakit ini dijumpai pada anggrek jenis Dendrobium sp., Arachnis sp., Ascocendo sp., Phalaenopsis sp., Vanda sp. dan Oncidium sp. 2) Gejala Serangan : Pada daun atau umbi semu mula-mula timbul bercak bulat, mengendap, berwarna kuning atau hijau muda. Akhirnya bercak menjadi coklat dan mempunyai bintik-bintik hitam yang terdiri dari tubuh buah (aservulus) cendawan. Pada umumnya bintik-bintik ini teratur pada lingkaran-lingkaran yang terpusat. Dalam keadaan yang lembab tubuh buah mengeluarkan massa spora (konidium) yang berwarna merah jambu atau jingga. Daun yang terserang akan gugur akhirnya umbi akan gundul. Pada bunga, penyakit menyebabkan terjadinya bercak-bercak coklat kecil yang dapat membesar dan bersatu sehingga dapat meliputi seluruh bunga. Cendawan dapat mempertahankan diri dengan hidup secara saprofitik pada sisa tanaman sakit. Pada cuaca menguntungkan (lembab), cendawan membentuk konidium yang apabila terbentuk dalam massa yang lekat, konidium dipencarkan oleh percikan air hujan/air siraman, mungkin juga oleh serangga. Cendawan adalah parasit lemah, yang hanya dapat mengadakan infeksi pada tanaman yang keadaannya lemah, terutama melalui luka-luka, termasuk luka karena terbakar matahari. Terjadinya penyakit juga dibantu oleh pemberian pupuk nitrogen yang terlalu banyak. 3) Morfologi/Epidemiologi :C. gloeosporioides berbentuk aservulus pada bagian yang mati (nekrosis) yang berbatas tegas, biasanya berseta, kadang-kadang berseta sangat jarang atau tidak sama sekali. Aservulus berbentuk bulat, memanjang atau tidak teratur, garis tengahnya dapat mencapai 500 µm. Seta mempunyai panjang yang bervariasi, jarang lebih dari 200 µm, dengan lebar 4-8 µm, bersekat 1-4, berwarna coklat, pangkalnya agak membengkak, mengecil ke ujung, pada ujungnya kadang-kadang berbentuk konidium. Konidium berbentuk tabung, ujungnya tumpul, pangkalnya sempit terpancung, hialin, tidak bersekat, berinti 1,9-24 x 3,6 µm. Konidiofor berbentuk tabung, tidak bersekat, hialin atau coklat pucat. C. gloeosporioides tersebar luas, sebagai parasit lemah pada bermacam-macam tumbuhan inang, bahkan ada yang hanya hidup sebagai saprofit. Cendawan dapat mempertahankan diri dengan hidup secara saprofitis pada bermacam-macam sisa tanaman sakit. Pada cuaca menguntungkan jamur membentuk konidium. Karena terbentuk dalam massa yang lekat, konidium dipencarkan oleh percikan air, dan mungkin oleh serangga. Pembentukan konidium dibentuk oleh cuaca yang lembab, sedang pemencaran konidium dibantu oleh percikan air hujan maupun siraman. Layu Sklerotium rolfsii Sacc. (Stadium Sempurna : Corticium rolfsii Curzi) 1) Tanaman Inang : Selain menyerang anggrek, penyakit ini diketahui menyerang pada tanaman pertanian lainnya. Pada anggrek terutama menyerang jenis-jenis terestrial, seperti Vanda sp., Arachnis sp. dan sebagainya. 2) Gejala Serangan : Tanaman yang terserang menguning dan layu. Infeksi terjadi pada bagian-bagian yang dekat dengan tanah. Bagian ini membusuk, dan pada permukaannya terdapat miselium cendawan berwarna putih, teratur seperti bulu. Miselium ini membentuk sklerotium, yang semula berwarna putih, kelak berkembang menjadi butir-butir berwarna coklat yang mirip dengan biji sawi. Pada Phalaenopsis penyakit menyebabkan busuk akar dan pangkal daun. Jaringan menjadi berwarna kuning krem, berair, yang segera berubah menjadi coklat lunak karena adanya bakteri dan cendawan tanah. Sklerotium bentuknya hampir bulat dengan pangkal yang agak datar, mempunyai kulit luar, kulit dalam dan teras. Di daerah tropis S. rolfsii tidak membentuk spora. Cendawan dapat bertahan lama dengan hidup secara saprofitik, dan dalam bentuk sklerotium yang tahan terhadap keadaan yang kurang baik. S. rolfsii umumnya terdapat dalam tanah. Cendawan terutama terpencar bersama-sama dengan tanah atau bahan organik pembawanya. Sklerotium dapat terpencar karena terbawa oleh air yang mengalir. S. rolfsii terutama berkembang dalam cuaca yang lembab. Cendawan dapat menginfeksi tanaman anggrek melalui luka ataupun tidak, bila melalui luka infeksi akan berlangsung lebih cepat. Di Indonesia Oncidium sp. dan Phalaenopsis sp. sangat rentan terhadap S. rolfsii, Cattleya sp. agak tahan, sedangkan Dendrobium sp. sangat tahan.3) Morfologi/Epidemiologi : S. rolfsii adalah cendawan yang kosmopolit, dapat menyerang bermacam-macam tumbuhan, terutama yang masih muda. Cendawan itu mempunyai miselium yang terdiri dari benang-benang berwarna putih, tersusun seperti bulu atau kipas. Cendawan tidak membentuk spora. Untuk pemencaran dan mempertahankan diri cendawan membentuk sejumlah sklerotium yang semula berwarna putih kelak menjadi coklat dengan garis tengah kurang lebih 1 mm. Butir-butir ini mudah sekali terlepas dan terangkut oleh air. Sklerotium mempunyai kulit yang kuat sehingga tahan terhadap suhu tinggi dan kekeringan. Di dalam tanah sklerotium dapat bertahan selama 6-7 tahun. Dalam cuaca yang kering sklerotium akan mengeriput, tetapi justru akan berkecambah dengan cepat jika kembali berada dalam lingkungan yang lembab. Layu Fusarium oxysporum 1) Tanaman Inang : Penyakit layu Fusarium dapat dijumpai pada anggrek jenis Cattleya sp., Dendrobium sp. dan Oncidium sp. Selain itu juga menyerang kubis, caisin, petsai, cabai, pepaya, krisan, kelapa sawit, lada, kentang, pisang dan jahe. 2) Gejala serangan : Patogen menginfeksi tanaman melalui akar atau masuk melalui luka pada akar rimpang yang baru saja dipotong, menyebabkan batang dan daun berkerut. Bagian atas tanah tampak merana seperti kekurangan air, menguning, dengan daun-daun yang keriput, umbi semu menjadi kurus, kadang-kadang agak terpilin. Perakaran busuk, pembusukan pada akar dapat meluas ke atas, sampai ke pangkal batang. Jika akar rimpang dipotong akan tampak bahwa epidermis dan hipodermis berwarna ungu, sedang phloem dan xylem berwarna ungu merah jambu muda. Akhirnya seluruh akar rimpang menjadi berwarna ungu. 3) Epidemiologi : Patogen dapat bertahan secara alami di dalam media tumbuh dan pada akar-akar tanaman sakit. Apabila terdapat tanaman peka, melalui akar yang luka dapat segera menimbukan infeksi. Penyakit ini mudah menular melalui benih, dan alat pertanian yang dipakai. Bercak Daun Cercospora spp. 1) Tanaman inang : Semua jenis anggrek terserang oleh penyakit ini, terutama yang ditanam di tempat terbuka, seperti Vanda sp., Arachnis sp., Aranda sp., Aeridachnis sp. dan sebagainya. 2) Gejala serangan : Penyakit timbul hanya apabila keadaan lingkungan lembab. Mula-mula pada sisi bawah daun yang masih muda timbul bercak kecil berwarna coklat. Bercak-bercak dapat berkembang melebar dan memanjang, dan dapat bersatu membentuk bercak yang besar. Pada pusat bercak yang berwarna coklat keputihan, cendawan membentuk kumpulan-kumpulan konidiofor dengan konidium, yang bila dilihat dengan kaca pembesar (loupe) tampak seperti bintik-bintik hitam kelabu. Pusat bercak akhirnya mengering dan dapat menjadi berlubang. Gejala ini lebih banyak terdapat pada daun-daun tua. 3) Morfologi/Epidemiologi :Konidium cendawan ini berbentuk gada panjang bersekat 3-12. Konidiofor pendek, bersekat 1-3, cendawan dapat terbawa oleh benih dan bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit selama satu musim. Cuaca yang panas dan basah membantu perkembangan penyakit. Penyakit dapat timbul pada tanaman muda, meskipun cenderung lebih banyak pada tanaman tua. Bercak Coklat Ralstonia (Pseudomonas) cattleyae (Pav.) Savul 1) Tanaman Inang : Penyakit terutama menyerang Phalaenopsis sp. dan Catleya sp. 2) Gejala serangan :Penyakit ini terutama merugikan Phalaenopsis sp. Bagian tanaman yang terserang yaitu daun dan titik tumbuh. Penyakit sangat cepat menjalar, dan pada daun yang terserang terjadi bercak lunak, kebasah-basahan dan berwarna kecoklatan atau hitam. Penyakit meluas dengan cepat. Jika penyakit mencapai titik tumbuh, tanaman akan mati. Bagian yang sakit mengeluarkan lendir (eksudat), yang dapat menularkan penyakit ke tanaman lain, melalui penyiraman. Pada daun Cattleya sp. penyakit tampak sebagai bercak-bercak mengendap, hitam dan kebasah-basahan. Pada umumnya penyakit hanya terbatas pada satu atau dua daun, dan tidak mematikan tanaman. 3) Epidemiologi : Massa bakteri sering muncul di permukaan jaringan tanaman sakit. Penyakit ini berkembang pada kondisi lingkungan yang basah dan suhu yang tinggi. Penyakit dapat menular melalui alat-alat pertanian, air, media tumbuh dan benih yang terinfeksi. Busuk Lunak Erwinia spp. 1) Tanaman Inang :Penyakit ini dapat menyerang semua jenis anggrek bahkan tanaman lain yang lunak jaringannya. 2) Gejala Serangan : Penyakit ini menyerang tanaman anakan dalam kompot. Daun-daun anakan terlihat berair dan warna daun berubah kecoklatan. Pada pseudobulb atau bagian lunak lainnya terjadi pembusukan disertai bau yang tidak enak. Bakteri ini menimbulkan pembusukan pada jaringan yang lunak dan pada jaringan yang bekas digigit serangga. 3) Morfologi/Epidemiologi : Sel bakteri berbentuk batang, tidak mempunyai kapsul, dan tidak berspora. Bakteri bergerak dengan menggunakan flagela yang terdapat di sekeliling sel bakteri. Bakteri patogen mudah terbawa oleh serangga, air, media tumbuh dan sisa tanaman yang terinfeksi, serta alat-alat pertanian. Suhu optimal untuk perkembangan bakteri adalah 27° C. Pada kondisi suhu rendah dan kelembaban rendah bakteri terhambat pertumbuhannya. Rebah Bibit Pythium ultinum, Phytohpthora cactorum dan Rhizoctonia solani. 1) Tanaman Inang : Penyakit ini dijumpai pada tanaman muda dalam kompot pada anggrek jenis Cymbidium sp., Dendrobium sp., Oncidium sp. dan sebagainya. 2) Gejala Serangan : Pada tanaman muda ditandai dengan gejala damping off, yaitu tanaman mati dan roboh. Bagian pangkal tanaman membusuk, sehingga tidak kuat berdiri tegak. Penyakit berkembang ke atas ke bagian-bagian lunak lainnya. 3) Epidemiologi : Patogen tersebut terpencar malalui air. R. solani bertahan lama di dalam tanah (media tumbuh). Bercak Daun Pestalotia sp. 1) Tanaman Inang : Penyakit ini dijumpai pada anggrek jenis Vanda sp., Arachnis sp., Dendrobium sp. dan Oncidium sp. 2) Gejala Serangan Pada daun-daun tua dijumpai bercak dengan titik-titik hitam di bagian tengahnya. Mula-mula bercak berwarna kuning agak coklat. 3) Epidemiologi :Patogen memencar dengan spora yang terjadi apabila ada perubahan yang mendadak dari keadaan basah kemudian kering dan disertai angin. Bercak Botryodiplodia sp. 1) Tanaman Inang : Penyakit ini dijumpai pada anggrek jenis Vanda sp. dan Arachnis sp. 2) Gejala Serangan : Pada anggrek Vanda sp. penyakit ditandai dengan bercak memanjang berwarna coklat sampai hitam. Gejala terjadi baik di daun maupun batangnya. Bercak tidak terbatas pada bagian-bagian yang tua saja tetapi yang mudapun terserang. 3) Epidemiologi :Penyakit memencar dengan sporanya yang berada di dalam badan buahnya. Spora memencar bila terjadi perubahan cuaca yang mendadak dari basah ke kering. Bercak Bunga Botrytis cenerea 1) Tanaman Inang :Penyakit ini terutama menyerang bunga pada anggrek jenis Phalaenopsis sp. dan Cattleya sp.. 2) Gejala Serangan : Pada mahkota bunga mula-mula terdapat bintik-bintik hitam. Bila penyakit telah berkembang lebih lanjut dengan bintik yang sangat banyak, bunga akan busuk dan menghitam. 3) Epidemiologi : Penyakit ini berkembang bila kelembaban sangat tinggi. Pemencaran penyakit dilakukan dengan sporanya yang sangat mudah diterbangkan angin. Karat Uredo sp. 1) Tanaman Inang : Penyakit karat dijumpai pada Oncidium sp. dan jenis-jenis lainnya. 2) Gejala Serangan : Pada permukaan daun terdapat pustul berwarna kuning. Setiap pustul dikelilingi oleh jaringan daun klorotik. Serangan yang hebat menyebabkan daun mengering. 3) Epidemiologi :Spora patogen mudah melekat pada kaki serangga dan oleh tiupan angin. Kondisi lingkungan yang lembab sangat membantu perkembangan penyakit. Virus Mosaik Cymbidium (Cymbidium mosaic virus= CyMV) Virus mosaik cymbidium dikenal juga dengan nama “Cymbidium black streak virus” atau “Orchid mosaic virus”.1) Tanaman Inang : Virus ini dijumpai pada 8 genera, yaitu Aranthera sp., Calanthe sp.,Cattleya sp.,Cymbidium sp., Gromatophyllum sp., Phalaenopsis sp., Oncidium sp., dan Vanda sp. 2) Gejala Serangan : Pada Cymbidium sp. gejala mosaik akan tampak lebih jelas pada daun-daun muda berupa garis-garis klorotik memanjang searah serat daun. Bunga pada tanaman Cattleya sp. yang terinfeksi biasanya memperlihatkan gejala bercak-bercak coklat nekrosis pada petal dan sepalnya. Bunga biasanya berukuran lebih kecil dan mudah rontok dibandingkan dengan bunga tanaman sehat. 3) Morfologi/Epidemiologi : Partikel CyMV berbentuk filamen memanjang berukuran 13 x 475 nm. Virus ini menular secara mekanik melalui cairan atau ekstrak bagian tanaman sakit, tetapi tidak menular melalui biji ataupun serangga vektor. Virus Mosaik Tembakau Strain Orchid (Tobacco Mosaic Virus-Orchid = TMV-O) Virus ini dikenal juga dengan nama virus bercak bercincin odontoglossum (odontoglossum ringspot virus = ORSV). Tanaman Inang : Jenis-jenis anggrek lain yang dapat terserang virus ini mencakup Dendrobium sp., Epidendrum sp., Vanda sp., Cattleya sp., Oncidium sp. Cymbidium sp. dan Phalaenopsis sp. Gejala Serangan : Pada beberapa jenis anggrek seperti Cattleya sp., gejala infeksi virus ini bervariasi, yaitu berupa garis-garis klorotik, bercak-bercak klorotik sampai nekrotik atau bercak-bercak berbentuk cincin. Pada Oncidium sp. bercak-bercak nekrotik berwarna hitam tampak nyata pada permukaan bawah daun. Di lapang persentase tanaman anggrek Oncidium sp. terinfeksi virus ini dapat mencapai 100 %. Gejala pada bunga, misalnya pada anggrek Cattleya sp., berupa mosaik pada sepal dan petal. Bagian tepi bagian bunga ini biasanya bergelombang. Morfologi/Epidemiologi : Partikel virus berbentuk batang berukuran 18 x 300 nm. TMV-O mudah ditularkan secara mekanik melalui ekstrak bagian tanaman sakit, tetapi tidak menular melalui serangga vektor ataupun biji. Pengendalian OPT Anggrek Fisik Media tumbuh disucihamakan dengan uap air panas agar tanaman bebas dari OPT yang dapat ditularkan melalui media tumbuh. Untuk menghindari penularan virus, usaha sanitasi harus dilakukan meliputi sterilisasi alat-alat potong. Setelah dicuci bersih alat-alat potong dipanaskan dalam oven pada suhu 149 ° C selama 1 jam. Mekanis Pengendalian secara mekanis dilakukan bilamana serangga hama dijumpai dalam jumlah terbatas. Misalnya pada pagi dan sore hari kumbang gajah dapat dijepit dengan jari tangan dan dimatikan. Demikian pula kutu tempurung pada daun anggrek dapat didorong dengan kuku, tetapi harus dilakukan secara hati-hati lalu dimatikan. Keong besar atau yang kecil dengan mudah dapat ditangkap pada malam hari dan dimusnahkan. Dengan membersihkan sampah dan gulma, maka keong tidak mempunyai kesempatan untuk bersarang dan bersembunyi. Pengendalian secara mekanis juga dilakukan pada bagian tanaman yang menunjukkan gejala serangan penyakit, yaitu dengan memotong dan memusnahkan bagian tanaman yang terserang. Kultur Teknis Pemeliharaan tanaman yang baik dapat meningkatkan kesehatan tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh lebih subur. Penyiraman, pemupukan dan penambahan atau penggantian media tumbuh dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Secara tidak langsung pemeliharaan yang berkelanjutan dapat memantau keadaan tanaman dari serangan OPT secara dini. Penyiraman dilakukan apabila diperlukan dan dilakukan pagi hari sehingga siang harinya sudah cukup kering. Pelihara tanaman dari serangan atau kehadiran serangga yang dapat menjadi pembawa atau pemindah penyakit. Udara dalam pertanaman sebaiknya dijaga agar tidak terlalu lembab, sehingga penyakit tidak mudah berkembang. Tanaman yang baru atau diketahui menderita penyakit diisolasi selama 2-3 bulan, sampai diketahui bahwa tanaman tersebut betul-betul sehat. Tanaman yang akan dibudidayakan sebaiknya juga berasal dari induk yang telah diketahui bebas penyakit. Kimiawi Untuk pengendalian OPT anggrek dapat dipilih jenis pestisida yang tepat sesuai dengan organisme pengganggu tumbuhan yang akan dikendalikan. Formulasi pestisida dapat berupa cairan (emulsi), tepung (dust) pasta ataupun granula. Konsentrasi dan dosis penggunaan biasanya dicantumkan pada tiap kemasan. Jenis-jenis pestisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan OPT pada tanaman anggrek tercantum dalam Lampiran 1. Sebagai pencegahan, pot atau wadah lainnya, alat-alat seperti pisau dan gunting stek, sebaiknya setiap kali memakai alat-alat tersebut, disucihamakan dengan formalin 2 % atau desinfektan lainnya. Hayati Dilakukan dengan menggunakan : Predator tungau : Phytoseiulus persimilis Athias Heniot dan Typhodiromus sp. (Phytoseiidae) Predator kutu daun : kumbang koksi (Coccinelidae), lalat Syrpidae, dan laba-laba Lycosa sp. Predator kutu putih : Scymnus apiciflavus. Predator bekicot Achatina fulica : Gonaxis sp., Euglandina sp., Lamprophorus sp., dan bakteri Aeromonas liquefacicus. Parasitoid Thrips : Famili Eulophidae Parasitoid kutu daun : Aphidius sp. dan Encarsia sp. Parasitoid pengorok daun Gonophora xanthomela : Achrysocharis promecothecae (Eulophidae). Pemanfaatan agens antagonis Trichoderma sp., Gliocladium sp. dan Pseudomonas fluorescens untuk penyakit layu Fusarium sp. dan Ralstonia (Pseudomonas ) solanacearum.
Penanaman Dan Pemeliharaan Tanaman Anggrek
Persiapan Lahan Tanaman anggrek dapat ditanam di sekitar rumah atau pekarangan atau di kebun yaitu di bawah pohon atau dengan naungan yang diberi paranet atau sejenisnya dengan pengaturan intensitas cahaya tertentu atau di lahan terbuka. Oleh karena tanaman anggrek mempunyai potensi ekonomis yang tinggi, maka untuk jenis-jenis tertentu dapat ditanam di dalam rumah kaca (green house). Selain untuk melindungi tanaman dari gangguan alam, juga akan mengurangi intensitas serangan OPT. Persiapan Media Tumbuh Media tumbuh yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu tidak lekas melapuk, tidak menjadi sumber penyakit, mempunyai aerasi baik, mampu mengikat air dan zat-zat hara secara baik, mudah didapat dalam jumlah yang diinginkan dan relatif murah harganya. Sampai saat ini belum ada media yang memenuhi semua persyaratan untuk pertumbuhan tanaman anggrek. Untuk pertumbuhan tanaman anggrek, kemasaman media (pH) yang baik berkisar antara 5–6. Media tumbuh sangat penting untuk pertumbuhan dan produksi bunga optimal, sehingga perlu adanya suatu usaha mencari media tumbuh yang sesuai. Media tumbuh yang sering digunakan di Indonesia antara lain : moss, pakis, serutan kayu, potongan kayu, serabut kelapa, arang dan kulit pinus. Pecahan batu bata banyak dipakai sebagai media dasar pot anggrek, karena dapat menyerap air lebih banyak bila dibandingkan dengan pecahan genting. Media pecahan batu bata digunakan sebagai dasar pot, karena mempunyai kemampuan drainase dan aerasi yang baik. Moss yang mengandung 2–3% unsur N sudah lama digunakan untuk medium tumbuh anggrek. Media moss mempunyai daya mengikat air yang baik, serta mempunyai aerasi dan drainase yang baik pula. Pakis sesuai untuk media anggrek karena memiliki daya mengikat air, aerasi dan drainase yang baik, melapuk secara perlahan-lahan, serta mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan anggrek untuk pertumbuhannya. Serabut kelapa mudah melapuk dan mudah busuk, sehingga dapat menjadi sumber penyakit, tetapi daya menyimpan airnya sangat baik dan mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan serta mudah didapat dan murah harganya. Dalam menggunakan serabut kelapa sebagai media tumbuh, sebaiknya dipilih serabut kelapa yang sudah tua. Media tumbuh sabut kelapa, pakis, dan moss merupakan media tumbuh yang baik untuk pertumbuhan tanaman anggrek Phalaenopsis sp. Namun bila pakis dan moss yang tumbuh di hutan ini diambil secara terus-menerus untuk digunakan sebagai media tumbuh, dikhawatirkan keseimbangan ekosistem akan terganggu. Serutan kayu atau potongan kayu kurang sesuai untuk media anggrek karena memiliki aerasi dan drainase yang baik, tetapi daya menyimpan airnya kurang baik, serta miskin unsur N. Proses pelapukan berlangsung lambat, karena kayu banyak mengandung senyawa-senyawa yang sulit terdekomposisi seperti selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Media serutan kayu jati merupakan media tumbuh yang baik untuk pertumbuhan anggrek Aranthera James Storie. Pecahan arang kayu tidak lekas lapuk, tidak mudah ditumbuhi cendawan dan bakteri, tetapi sukar mengikat air dan miskin zat hara. Namun arang cukup baik untuk media anggrek. Penggunaan media baru (repotting) dilakukan antara lain sebagai berikut : Bila ditanam dalam pot (wadah) sudah terlalu padat atau banyak tunas. Medium lama sudah hancur, sehingga menyebabkan medium bersifat asam, bisa menjadi sumber penyakit. Penyiraman Tanaman anggrek yang sedang aktif tumbuh, membutuhkan lebih banyak air dibandingkan dengan yang sudah berbunga. Frekuensi dan banyaknya air siraman yang diberikan pada tanaman anggrek bergantung pada jenis dan besar kecil ukuran tanaman, serta keadaan lingkungan pertanaman. Sebagai contoh adalah tanaman anggrek Vanda sp., Arachnis sp., dan Renanthera sp., yaitu anggrek tipe monopodial yang tumbuh di bawah cahaya matahari langsung, sehingga membutuhkan penyiraman lebih dari dua kali sehari, terutama pada musim kemarau. Pemupukan Seperti tumbuhan lainnya, anggrek selalu membutuhkan makanan untuk mempertahankan hidupnya. Kebutuhan tanaman anggrek akan nutrisi sama dengan tumbuhan lainnya, hanya anggrek membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memperlihatkan gejala-gejala defisiensi, mengikat pertumbuhan anggrek sangat lambat. Dalam usaha budidaya tanaman anggrek, habitatnya tidak cukup mampu menyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan. Untuk mengatasi hal tersebut, biasanya tanaman diberi pupuk baik organik maupun anorganik. Pupuk yang digunakan umumnya pupuk majemuk yaitu yang mengandung unsur makro dan mikro. Kualitas dan kuantitas pupuk dapat mengatur keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Pada fase pertumbuhan vegetatif bagi tanaman yang masih kecil perbandingan pemberian pupuk NPK adalah 30:10:10, pada fase pertumbuhan vegetatif bagi tanaman yang berukuran sedang perbandingan pemberian pupuk NPK adalah 10:10:10. Sedangkan pada fase pertumbuhan generatif yaitu untuk merangsang pembungaan, perbandingan pemberian pupuk NPK adalah 10:30:30. Jika dilakukan pemupukan ke dalam pot maka hanya pupuk yang larut dalam air dan kontak langsung dengan ujung akar yang akan diambil oleh tanaman anggrek dan sisanya akan tetap berada dalam pot. Pemupukan pada sore hari menunjukkan respon pertumbuhan yang baik pada anggrek Dendrobium sp.
Racikan Media Caladium
Akar caladium membutuhkan banyak pasokan oksigen dalam tanah. Makin besar akar, makin banyak oksigen yang dibutuhkan, terutama untuk pertumbuhan sel selanjutnya. Wajar bila caladium lebih menyukai media porous. Dengan struktur media yang berongga, sirkulasi udara dan drainase berjalan lancar. Selain itu media juga wajib lembab dan basah.Intinya, media harus bersifat menyimpan air dan tidak mudah memadat. Media padat menyebabkan air tergenang sehingga aerasi udara rendah. Gejala yang tampak, daun dan batang menjadi layu. Akar sehat biasanya berwarna putih dan memiliki rambut-rambut halus. Jika aerasi rendah, akar yang putih berubah jadi coklat lalu menghitam. Jumlah rambut akar berkurang bahkan tak ada. Padahal ia berfungsi untuk menyerap hara. Selain masalah aerasi, media padat juga mengundang bakteri dan cendawan penyebab busuk.Peranan media sangat disadari oleh para pekebun caladium. Dari liputan Trubus di tiga Negara, pemilihan media didasari oleh pegaruh iklim, ketersediaan bahan baku, dan kesesuaian dengan kebutuhan caladium. Alhasil, 21 pekebun di Thailand, Indonesia, dan Srilanka menggunakan media berbeda. Masing-masing memiliki ramuan media tersendiri untuk menumbuhkan kerabat aglaonema itu.Meski berlainan di tiga Negara, tetapi caladium tetap tubuh subur, prima, dan tampil memukau. Rahasia keberhasilannya terletak pada komposisi dan bahan baku media yang dipilih. Jika dikelompokkan, media yang dipilih terbagi atas mediai tunggal dan campuran.1. Media TunggalYang dimaksud dengan media tunggal yakni penggunaan satu jenis bahan baku, diantaranya humus andam, sekam mentah, atau cocopeat. Di tanah air, Dr Benny Tjia, praktisi tanaman hias di Bogor, menggunakan media cocopeat. Serbuk sabut kelapa itu sanggup menahan air dalam jumlah banyak dan waktu lama. Struktur pori-porinya berkemampuan tinggi menangkap dan menahan air. Cocok dengan caladium hias akan media lembap. Apalagi coir dus- nama lainnya-mudah didapat dan harganya relatif murah. Umumnya derajat keasaman coir dust mendekati 6, sedangkan caladium tumbuh baik pada media ber-pH antara 6,5-6,8. Pada kondisi hampir netral itu, unsur hara yang bisa diserap tanaman banyak tersedia, seperti nitrogen, kalsium, fosfor, dan sulfur. Untuk menetralisir pH, Benny mencampurnya dengan kapur dolomit. Setiap 1 kubik media ditambahkan 2 kg dolomit. Gunawan Widjaja di Sentul, Bogor, menggunakan media humus andam. Menurut pemilik nursery Wijaya itu, akar caladium cepat keluar dan pertumbuhan tanaman cepat meski tak di pupuk. Wajar bila kerabat aglaonema itu tumbuh subur. Humus memiliki kandungan nitrogen tinggi yang memacu pertumbuhan vegetatif. Miselium humus tersusun dari lignin, poliuronida, dan C, H, O, S, dan P. Bahan organik itu mampu meningkatkan unsur hara tersedia bagi tanaman, seperti Ca, Mg dan K. Daya serap humus cukup tinggi, 80-90% dari bobotnya. Dengan begitu, media tetap lembap sehingga caladium tak dorman. Di Cisarua, Trubus menyaksikan caladium asal Thailand berwarna merah keunguan tumbuh subur walau hanya menggunakan media sekam mentah. Pasalnya, sekam mentah mampu membuat aerasi media bagus. Menurut Lanny Lingga, pemilik nursery Seederama, pemakaian 100% sekam mentah cocok di kebun berlokasi di dataran tinggi. Di sana kelembapan udara tinggi. Sebaliknya daerah dengan kelembapan rendah seperti Jakarta, sekam cepat kering karena tak mampu menahan air banyak. Akibatnya caladium kekurangan air, pertumbuhannya tidak optimal, dan bahkan dorman. Karena itu, di daerah panas, penggunaan sekam mentah sebaiknya tak tunggal. Sebagai campuran maksumal 25% dari total volume. Hanya saja hindari pemupukan yang mengandung unsure Mn. Sebab sekam mentah memiliki kandungan silikat dan mangan tinggi. kontrol media agar derajat keasaman tidak di bawah 5. pada pH tersebut, ketersediaan unsur Mn yang bisa terserap tanaman meningkat. Akibatnya caladium keracunan logam berat itu sehingga sel akar dan daun anggota family Araceae itu rusak.2. Media CampuranSelain media tunggal, caladium juga tumbuh baik pada media campuran. Di Thailand dari 12 nurseri yang disambangi Trubus-menggunakan media campuran tanah dengan serasah daun kacang-kacangan yang terkomposkan. Yang berbeda hanya komposisinya, 2:1 atau 1:1. Keunggulannya, membuat drainase dan aerasi lancar, sehingga caladium tumbuh subur dan pesat.Seorang pekebun caladium hias di Jakarta menggunakan 3 campuran media, sekam mentah, sekam bakar, dan humus daun bambu yang telah diayak masing-masing satu bagian. Sebelum digunakan, ia mengukus campuran media tersebut selama 30 menit agar steril sehingga bebas serangan bakteri dan cendawan. Sekam mentah dan bakar dipilih karena membuat aerasi media baik. Sedangkan, humus daun bambu berperan sebagai penyedia nutrisi sekaligus penyimpan air sehingga media tetap lembap.Namun, penggunaan sekam bakar dan humus bambu harus ekstra hati-hati. Sebab, sekam bakar yang sudah hancur bisa sangat padat. Akibatnya, porositas berkurang sehingga akar terganggu. Sementara kompos daun bambu kelembapannya hanya sementara, sampai pertumbuhan daun pertama. Dampaknya, pekebun harus rajin menambah atau mengganti media.Media lain, campuran cocopeat dan sekam bakar. Itu yang Trubus lihat di Anti nurseri, Ciawi, dan kebun milik Ulih Sunardi di Ciapus, Bogor. Ulih juga menggunakan campuran media dan humus andam dan kaliandra dengan perbandingan 3:2. Hasilnya caladium tumbuh sehat dan warnanya cerah.Nun di Srilanka, tiga pekebun Trubus temui malah memakai tanah berpasir sebagai media andalan. Pasir berwarna coklat muda berukuran halus seperti pasir pantai. Tanah bermanfaat untuk mengikat air yang dibutuhkan kerabat aglaonema itu. Sementara pasir membuat tektur media remah, sehingga aerasi bagus. Caladium pun tumbuh subur dan rimbun.
Lebih Dekat Dengan Caladium
Sudah 1,5 abad caladium dibudidayakan. tanaman sekerabat alokasia, colocasia, dan xanthosoma itu berumbi, berakar serabut, dan berbunga sempurna.
bentuk buah mirip srikaya dan di dalamnya menampung 200-500 biji berwarna coklat bak wijen. tinggi tangkai daun 40-90 cm. panjang daun mencapai 15-46 cm dengan beragam tampilan, seperti bentuk hati, panjang dan bulat. ukurannya yang terbilang mini cocok sebagai penghias teras rumah. atas keindahannya, caladium dinobatkan sebagai "ratu tanaman hias".Selain dinikmati keindahannya, beberapa jenis caladium dipercaya mampu menyembuhkan penyakit. Burkill, dalam buku berjudul A Dictionary of The Economic Products Of the Malay Peninsula, menyebutkan C. humboldtii, Schott (C. argyrites, Lem) banyak di jujal di toko herbal Cina.C. humboldtii juga kerap dijadikan indukan oleh para penyilang untuk menghasilkan caladium berdaun mini. Tak hanya itu saja, C. bicolor dan C. hortulanom rajin dijadikan indukan untuk menghasilkan jenis-jenis baru. Kini ragam hibrid baru itu hadir menyemarakkan bursa tanaman hias di tanah air.Sejarah mencatat nenek moyang caladium berasal dari hutan Amazon dan kawasan Amerika Selatan beriklim Tropis. Sebut saja Argentina, Bolivia, Brazil, Panama, Peru, Kolumbia, Costa Rica, Ekuador, Guyana Prancis, Guyana, dan Venezuela. Meski berasal dari Benua Amerika, tapi budidaya pertama kali dilakukan di Eropa pada era 1700.Dalam jurnal University of Florida, Robert A. DeFilipps, Shirley L. Maina, dan Juliette Crepin mengatakan caladium masuk ke Benua Eropa pada 1704. Saat itu C. bicolor (Aiton) Vent dari Suriname dikirim ke Amsterdam Botanic Garden, Belanda. Pekebun itu tertarik melakukan penyilangan. Hasilnya, diperoleh 1.500 varietas baru. Hingga saat ini penanaman caladium di Eropa meluas sampai 688 ha. Yang dipilih adalah caladium bercorak meriah dan berdaun lebar.
Morfologi Tanaman ANTHURIUM
Anthurium termasuk keluarga Araceae yang mempunyai perakaran yang banyak, batang dan daun yang kokoh, serta bunga berbentuk ekor.
AKAR : Anthurium yang sehat mempunyai jumlah akar yang banyak, berwarna putih dan menyebar ke segala arah. Oleh sebab itu membutuhkan media yang porous. BATANG ; Batang Anthurium tidak nampak karena terbenam di dalam media. Setelah tanaman dewasa batang ini akan membesar menjadi bonggol. DAUN : Daun Anthurium pada umumnya tebal dan kaku, bentuknya bervariasi seperti berbentuk jantung, lonjong, lancip, dan memanjang. Untuk Anthurium daun, kekompakan bentuk daun meningkatkan nilai estetikanya. BUNGA : Anthurium mempunyai bunga berumah satu artinya dalam satu bunga terkandung sel kelamin betina dan sel kelamin jantan. Bunga terdiri dari tangkai, mahkota, dan tongkol. Semua bagian bunga tersebut menjadi satu kesatuan dan berbentuk seperti ekor, sehingga Anthurium dikenal dengan si bunga ekor. Putik dan tepung sari menempel pada tongkol. Masaknya putik dan tepung sari tidak bersamaan (dichogamaous). Pada umumnya putik masak lebih awal dibanding tepung sari. BUAH DAN BIJI :Buah berbentuk bulat dan menempel pada tongkol, buah muda berwarna hijau setelah masak berwarna merah. Biji yang telah masak akan terlepas dari tongkolnya, biji inilah yang baik untuk disemai. Bibit yang dihasilkan dari biji, umumnya mempunyai sifat yang berbeda dari induknya.
Teratai Kerdil
(Nymphaea tetragona Georgi)Sinonim : Familia : Nymphaeaceae Uraian : Jenis teratai ini tersebar di benua Asia, Amerika, daratan China, Korea, Jepang dan Indonesia. Tetarai kerdil tergolong dalam Nymphaea alba L.
Tanaman air atau rawa, tumbuh liar pada genangan air yang dangkal atau dipelihara di kolam-kolam sebagai hiasan. Daun dan bunga keluar dari akar rimpang di dasar lumpur, yang tumbuh ke atas pada permukaan air. Daun mengapung pada permukaan air, sedang bunga pada air yang dangkal akan muncul di atas permukaan air. Helaian daun bangun perisai, tepi bergerigi, bagian pangkal bercangap sempit dan dalam, warnanya hijau. Bunga mekar selama 4 jam saja. Daun mahkota warnanya ungu. Nama Lokal : Tunjung; Penyakit Yang Dapat Diobati : Hipertensi, kejang kronis pada anak, kecanduan alkohol; Komposisi : SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Menurunkan panas, mengaktifkan fungsi limpa. KANDUNGAN KIMIA: Akar dan daun mengandung asam amino dan alkaloid.
Kembang Sepatu Sungsang
(Hibiscus schizopetalus (Mast.) Hook. f.) Sinonim: Familia: Myrtaceae Uraian: Kembang sepatu yang satu ini tidak termasuk Hibiscus rosa-Sinensis, karena berbagai macam perbedaan bentuk bunga dan daunnya.
Tanaman ini umumnya ditanam sebagai tanaman hias di pekarangan, atau sebagai tanaman pagar di pedesaan. Menurut kepustakaan, tanaman ini pada tahun 1901 dimasukkan ke Taiwan. Asalnya, mungkin dari Afrika tropis. Perdu tegak, tinggi 2-4 m, cabang bagian atas umumnya menggantung, Daun tunggal, bertangkai, bentuknya bulat telur, tepi bergerigi, ujung dan pangkal runcing, panjang 2-12 cm, lebar 1-7,5 cm, tumbuh berjejal diujung ranting. Bunga berdiri sendiri, keluar dari ketiak daun, letaknya tergantung ke bawah dengan tangkai yang panjangnya 8-16 cm, mahkota bunga malekuk ke atas. Mahkota bunga bentuknya khas, bercangap menyirip rangkap dengan taju sempit, berkesan compang-camping, warnanya merah cerah dengan pangkal lebih tua. Tabung benang sari lemas, panjangnya 8-9 cm. Bakal buah beruang lima. Perbanyakan dengan stek batang atau biji. Nama Lokal : Kembang Sepatu, kembang wora-wari, kembang lampu; Kembang enting-enting; Penyakit Yang Dapat Diobati : Bisul, Abses; Komposisi : SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS : Menghilangkan pembengkakan, anti radang, megeluarkan nanah dan menumbuhkan sel-sel baru.