Akar caladium membutuhkan banyak pasokan oksigen dalam tanah. Makin besar akar, makin banyak oksigen yang dibutuhkan, terutama untuk pertumbuhan sel selanjutnya. Wajar bila caladium lebih menyukai media porous. Dengan struktur media yang berongga, sirkulasi udara dan drainase berjalan lancar. Selain itu media juga wajib lembab dan basah.Intinya, media harus bersifat menyimpan air dan tidak mudah memadat. Media padat menyebabkan air tergenang sehingga aerasi udara rendah. Gejala yang tampak, daun dan batang menjadi layu. Akar sehat biasanya berwarna putih dan memiliki rambut-rambut halus. Jika aerasi rendah, akar yang putih berubah jadi coklat lalu menghitam. Jumlah rambut akar berkurang bahkan tak ada. Padahal ia berfungsi untuk menyerap hara. Selain masalah aerasi, media padat juga mengundang bakteri dan cendawan penyebab busuk.Peranan media sangat disadari oleh para pekebun caladium. Dari liputan Trubus di tiga Negara, pemilihan media didasari oleh pegaruh iklim, ketersediaan bahan baku, dan kesesuaian dengan kebutuhan caladium. Alhasil, 21 pekebun di Thailand, Indonesia, dan Srilanka menggunakan media berbeda. Masing-masing memiliki ramuan media tersendiri untuk menumbuhkan kerabat aglaonema itu.Meski berlainan di tiga Negara, tetapi caladium tetap tubuh subur, prima, dan tampil memukau. Rahasia keberhasilannya terletak pada komposisi dan bahan baku media yang dipilih. Jika dikelompokkan, media yang dipilih terbagi atas mediai tunggal dan campuran.1. Media TunggalYang dimaksud dengan media tunggal yakni penggunaan satu jenis bahan baku, diantaranya humus andam, sekam mentah, atau cocopeat. Di tanah air, Dr Benny Tjia, praktisi tanaman hias di Bogor, menggunakan media cocopeat. Serbuk sabut kelapa itu sanggup menahan air dalam jumlah banyak dan waktu lama. Struktur pori-porinya berkemampuan tinggi menangkap dan menahan air. Cocok dengan caladium hias akan media lembap. Apalagi coir dus- nama lainnya-mudah didapat dan harganya relatif murah. Umumnya derajat keasaman coir dust mendekati 6, sedangkan caladium tumbuh baik pada media ber-pH antara 6,5-6,8. Pada kondisi hampir netral itu, unsur hara yang bisa diserap tanaman banyak tersedia, seperti nitrogen, kalsium, fosfor, dan sulfur. Untuk menetralisir pH, Benny mencampurnya dengan kapur dolomit. Setiap 1 kubik media ditambahkan 2 kg dolomit. Gunawan Widjaja di Sentul, Bogor, menggunakan media humus andam. Menurut pemilik nursery Wijaya itu, akar caladium cepat keluar dan pertumbuhan tanaman cepat meski tak di pupuk. Wajar bila kerabat aglaonema itu tumbuh subur. Humus memiliki kandungan nitrogen tinggi yang memacu pertumbuhan vegetatif. Miselium humus tersusun dari lignin, poliuronida, dan C, H, O, S, dan P. Bahan organik itu mampu meningkatkan unsur hara tersedia bagi tanaman, seperti Ca, Mg dan K. Daya serap humus cukup tinggi, 80-90% dari bobotnya. Dengan begitu, media tetap lembap sehingga caladium tak dorman. Di Cisarua, Trubus menyaksikan caladium asal Thailand berwarna merah keunguan tumbuh subur walau hanya menggunakan media sekam mentah. Pasalnya, sekam mentah mampu membuat aerasi media bagus. Menurut Lanny Lingga, pemilik nursery Seederama, pemakaian 100% sekam mentah cocok di kebun berlokasi di dataran tinggi. Di sana kelembapan udara tinggi. Sebaliknya daerah dengan kelembapan rendah seperti Jakarta, sekam cepat kering karena tak mampu menahan air banyak. Akibatnya caladium kekurangan air, pertumbuhannya tidak optimal, dan bahkan dorman. Karena itu, di daerah panas, penggunaan sekam mentah sebaiknya tak tunggal. Sebagai campuran maksumal 25% dari total volume. Hanya saja hindari pemupukan yang mengandung unsure Mn. Sebab sekam mentah memiliki kandungan silikat dan mangan tinggi. kontrol media agar derajat keasaman tidak di bawah 5. pada pH tersebut, ketersediaan unsur Mn yang bisa terserap tanaman meningkat. Akibatnya caladium keracunan logam berat itu sehingga sel akar dan daun anggota family Araceae itu rusak.2. Media CampuranSelain media tunggal, caladium juga tumbuh baik pada media campuran. Di Thailand dari 12 nurseri yang disambangi Trubus-menggunakan media campuran tanah dengan serasah daun kacang-kacangan yang terkomposkan. Yang berbeda hanya komposisinya, 2:1 atau 1:1. Keunggulannya, membuat drainase dan aerasi lancar, sehingga caladium tumbuh subur dan pesat.Seorang pekebun caladium hias di Jakarta menggunakan 3 campuran media, sekam mentah, sekam bakar, dan humus daun bambu yang telah diayak masing-masing satu bagian. Sebelum digunakan, ia mengukus campuran media tersebut selama 30 menit agar steril sehingga bebas serangan bakteri dan cendawan. Sekam mentah dan bakar dipilih karena membuat aerasi media baik. Sedangkan, humus daun bambu berperan sebagai penyedia nutrisi sekaligus penyimpan air sehingga media tetap lembap.Namun, penggunaan sekam bakar dan humus bambu harus ekstra hati-hati. Sebab, sekam bakar yang sudah hancur bisa sangat padat. Akibatnya, porositas berkurang sehingga akar terganggu. Sementara kompos daun bambu kelembapannya hanya sementara, sampai pertumbuhan daun pertama. Dampaknya, pekebun harus rajin menambah atau mengganti media.Media lain, campuran cocopeat dan sekam bakar. Itu yang Trubus lihat di Anti nurseri, Ciawi, dan kebun milik Ulih Sunardi di Ciapus, Bogor. Ulih juga menggunakan campuran media dan humus andam dan kaliandra dengan perbandingan 3:2. Hasilnya caladium tumbuh sehat dan warnanya cerah.Nun di Srilanka, tiga pekebun Trubus temui malah memakai tanah berpasir sebagai media andalan. Pasir berwarna coklat muda berukuran halus seperti pasir pantai. Tanah bermanfaat untuk mengikat air yang dibutuhkan kerabat aglaonema itu. Sementara pasir membuat tektur media remah, sehingga aerasi bagus. Caladium pun tumbuh subur dan rimbun.
No comments:
Post a Comment