Google
 

Thursday, January 03, 2008

Sekilas Adenium

>

Nama adenium populer di tanah air pada awal 2000. Sebelumnya anggota keluarga Apocynaceae lebih dikenal dengan dengan sebutan kamboja jepang.
Lantaran nama itu orang sering salah kaprah menyamakan dengan pohon kamboja 'kuburan'. Meski sama-sama anggota keluarga Apocynaceae, tetapi sososk kedua tanaman itu berbeda. Pohon kamboja kuburan, Plumeria Sp bersososk tinggi besar. Tingginya mencapai 10 m. Sedangkan kamboja Jepang, Adenium obesum hanya setinggi 2 m, sehingga bisa ditanam dalam pot.Dengan bunga yang beraneka ragam warna dan motif, Adenium semakin diminati. Ada warna merah, putih, merah terang,merah muda, jingga, dan ungu. Motifnya pun beragam; strip, bercak, bergaris, bahkan berbinti-bintik. Jenis baru itu elegan ditaruh di teras sebagai penghias rumah.Daya tarik Adenium tak melulu kembang. Bonggol yang unik dan cantik dengan bentuk meliuk-liuk membuatnya semakin digemari. Bonggol terbentuk dari akar yang semakin membesar sesuai pertambahan umur. Bahkan yang terbesar di temui di Afrika dengan bonggol berdiamter 3 meter lantaran berusia ratusan tahun.Di habitat asalnya, adenium tumbuh menyemak dengan ukuran besar, terutama jenis adenium arabicum dan adenium socotranum. Di Afrika Selatan dan Arab, tanaman ini mampu mencapai ketinggian 12 meter. Di sana, adenium tumbuh liar karena manfaatnya belum diketahui. Misalnya saja di Pulau Socotra, Yaman, adenium hampir tak tersentuh. Penyebabnya terdapat getah yang mengandung crystalline glycoside pemicu iritasi kulit. Belum jelas kapan kamboja masuk ke Indonesia. Namun, bila melihat ukuran bonggol, diperkirakan berkisar 20-30 tahun silam. Toh, perkembangannya amat lambat sehingga tidak sempat mewabah.

No comments: