Google
 

Thursday, January 03, 2008

Kersik Luway, Hamparan Anggrek di Pasir Sunyi

>

PENGGEMAR anggrek pasti terpuaskan jika mengunjungi Kersik Luway. Cagar alam seluas 5.000 hektar di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, ini memiliki koleksi beragam jenis anggrek yang masing-masing memiliki kekhasan tersendiri.
Uniknya, bunga anggrek ini tumbuh di hutan kerangas yang di sekelilingnya berupa hamparan pasir putih yang sangat lembut dan luasnya sekitar 20 hektar. Hamparan pasir putih ini tidak berada di tepi pantai seperti lazimnya, tetapi justru di tengah-tengah hutan pegunungan yang luasnya 5.000 hektar dengan ketinggian sekitar 136 meter di atas permukaan laut. Di hutan kerangas inilah beragam jenis anggrek tersebut tumbuh dengan subur. Sebelum terjadi kebakaran hebat tahun 1982, koleksi anggrek Kersik Luway mencapai 72 jenis, dan kini tinggal tersisa 57 jenis. Selain jenisnya cukup banyak, anggrek yang tumbuh alami di Kersik Luway merupakan anggrek-anggrek langka yang tidak mudah ditemukan di tempat lain. Beberapa jenis anggrek bahkan merupakan jenis endemik Kalimantan. Anggrek hitam (Coelogyne pandurata) yang sangat tersohor itu, misalnya, dengan mudahnya ditemukan di bawah rerimbunan pepohonan Cagar Alam Kersik Luway. Berbeda dengan anggapan sebagian orang, anggrek hitam kelopak bunganya tidak berwarna hitam pekat, tetapi justru berwarna hijau muda yang sangat cantik. Bentuk kelopaknya menyerupai bunga kenanga besar dengan diameter sekitar 10 sentimeter. Saat tidak sedang berbunga, anggrek hitam nyaris tidak berbeda dengan jenis anggrek lainnya. Namun, saat musim berbunga, barulah anggrek hitam tampak keunikannya,” kata Didimus, petugas dari Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur yang berbaik hati menjadi pemandu. Anggrek hitam berbunga setiap bulan, tetapi tidak penuh dan bunga hanya bertahan sekitar seminggu. Untaian bunganya tersusun dalam satu tandan tangkai dengan panjang mencapai 20 sentimeter. Isinya bisa mencapai 14 kuntum bunga. Kuntum bunga tersebut, bagian labellum atau bibir bunganya yang berbentuk biola, barulah berwarna hitam. Namun, itu pun tidak seluruhnya berwarna hitam, tetapi uniknya hanya berupa titik-titik hitam yang sangat pekat dan rapat. Keunikan inilah yang menyebabkan anggrek hitam ditetapkan sebagai maskot flora Kalimantan Timur sejak tahun 1988. Anggrek ini dianggap istimewa berdasarkan karakteristik morfologi, daerah penyebaran, serta kelangkaannya. Dalam dunia taksonomi anggrek hitam masuk dalam keluarga orchidaceae dan marga coelogyne, tutur Emi Purwanti dari Laboratorium Konservasi Tanah dan Air Universitas Mulawarman, Samarinda, yang banyak meneliti soal Kersik Luway. Putih bersih Bukan cuma anggrek hitam yang unik di Kersik Luway. Di kawasan cagar alam ini pun terdapat anggrek merpati (Dendrobium rumenatum) yang ketika berbunga bentuknya persis seperti kepak sayap merpati. Warnanya putih bersih, tetapi sayang bunganya hanya mekar selama satu hari. ”Hari ini mekar, besok pasti sudah layu, ujar Didimus. Di Kersik Luway juga terdapat anggrek tebu (Gramatoplilum speciosium). Dinamakan demikian karena tangkai bunga anggrek ini sangat panjang, bisa mencapai dua meter, sehingga mirip tebu. Bunganya seperti belimbing kecil, sedangkan warnanya menyerupai macan, yakni bintik-bintik coklat, kuning, dan hitam. Anggrek jenis ini hanya berbunga setahun sekali setiap Desember, tetapi bunganya bisa bertahan selama tiga bulan sejak Desember, Januari, hingga Februari. ”Karena itu, jika ingin melihat anggrek tebu, sebaiknya datang ke sini saat Desember, kata Didimus. Ada lagi anggrek ratap tangis. Dinamakan demikian karena bunganya panjang seperti rantai. Tetapi ada pula yang mengibaratkan seperti bulir-bulir air mata yang bercucuran dari seorang gadis yang sedang menangis. Anggrek jenis ini bunganya berwarna coklat dan mengeluarkan bau yang sangat harum. Namun, bagi yang tidak tahan, bau anggrek ini justru bisa membuat pusing atau pening kepala. Anggrek lain yang cukup istimewa di Kersik Luway adalah anggrek kumis kucing. Dinamakan demikian karena anggrek ini lebih banyak kumisnya daripada bunganya yang berwarna putih. Adapun anggrek buluh rindu keindahannya terletak pada warnanya. Kuntum bunganya berwarna putih, sedangkan lidah bunganya berwarna kuning menarik dan senantiasa berbunga setiap bulan. Keindahan warna anggrek inilah yang senantiasa menyebabkan orang selalu rindu untuk menatapnya setiap saat sehingga disebut anggrek buluh perindu. Selain jenis-jenis anggrek itu, ada pula anggrek sragotanga (Coelogyne foerstermanii), anggrek bambu yang ujung daunnya seperti bambu, anggrek anyaman yang daunnya indah seperti dianyam, serta berbagai jenis anggrek unik lainnya. Selain menjadi habitat endemik berbagai jenis anggrek, Kersik Luway juga cukup didominasi oleh keberadaan kantong semar (Nephentes sp.). Tumbuhan ini disebut-sebut bisa memangsa dan mencerna serangga yang masuk ke dalamnya. Sebenarnya bukan memangsa dalam arti harfiah, tetapi pada lapisan dalam kantong semar terdapat semacam lendir yang bisa menjerat serangga saat menyentuhnya, ujar Rustam Fahmy dari Laboratorium Ekologi dan Keanekaragaman Hayati Universitas Mulawarman, Samarinda. Selain berukuran besar, ada pula kantong semar yang berukuran kecil-kecil seperti botol minyak wangi. Tanaman ini di Kersik Luway tumbuh subur dan liar serta merambat di sela-sela tegakan pohon inang. Asal-usul Kersik Luway dalam bahasa Dayak berarti pasir sunyi. Dinamakan demikian karena hamparan pasir di tengah hutan tersebut memang jauh dari ladang, apalagi pemukiman penduduk, serta sepi karena jarang dikunjungi. Meski demikian, tidak terlalu sulit untuk mengunjungi Kersik Luway bagi pihak yang tertarik. Kawasan cagar alam ini terbuka untuk umum dan jaraknya sekitar 360 kilometer dari Kota Samarinda. Untuk menjangkaunya bisa menggunakan pesawat langsung dari berbagai kota. Jika dari Jakarta, misalnya, bisa menggunakan pesawat ke Balikpapan, lalu melanjutkan penerbangan dengan pesawat Twin Otter berkapasitas 16 penumpang ke Samarinda, lalu ke Melak, di Kabupaten Kutai Barat. Bisa pula menggunakan jalan darat Samarinda-Melak yang waktu tempuhnya sekitar delapan jam jika kondisi jalan baik dan tidak berlumpur akibat hujan. Adapun jika menggunakan jalur air menyusuri Sungai Mahakam, panoramanya lebih menarik tetapi waktu tempuhnya lebih lama, bisa mencapai 14 jam dari Samarinda menuju Melak. Dari Melak, kita bisa melanjutkan perjalanan dengan naik ojek atau kendaraan carter ke Kersik Luway. Di tengah hamparan pasir sunyi inilah bisa disaksikan keragaman jenis anggrek yang merupakan kekayaan alam Indonesia. (Try Harijono/Prasetyo Eko)

No comments: