Air memegang peranan penting dalam mendukung pertumbuhan tanaman. Sejak benih berkecambah, tumbuh dan berkembang dewasa, tanaman memerlukan air baik dalam bentuk penyiraman air biasa ataupun disertai pupuk dan pestisida. Kebutuhan air pada spesies tanaman berbeda tergantung dari habitatnya. Mengacu dari habitat aslinya maka dapat ditentukan seberapa banyak penyiraman tanaman dilakukan. Sebagai contoh tanaman dari tempat kering (Arid) seperti tanaman Adenium, penyiraman pada tanaman pot pada musim kemarau setiap 2 – 3 hari dan musim hujan setiap 3 – 4 hari. Namun keputusan berapa banyaknya penyiraman juga harus mempertimbangkan macam media tanam dan ukuran pot. Semakin porus media tentunya jarak penyiraman berikutnya dapat diperpendek dan ukuran pot, demikian pula volume pot yang besar jarak penyiraman dapat diperpanjang. Bahkan pada kasus tanaman yang berukuran bonsai dengan pot yang bervolume besar, penyiraman dapat dilakukan setiap 5 hari sekali. Penyiraman air yang berlebih pada tanaman tentunya memberikan dampak yang buruk bagi tanaman. Sebagai contoh kasus seperti pada tanaman Aglaonema, pemberian yang terlalu banyak dan sering pada musim hujan/kondisi yang lembab (>80%) maka akan muncul kasus penyakit bacterial soft rot (busuk basah) pada daun yang disebabkan bakteri Erwinia sp, juga pada kasus yang sama pada Anthurium, akan muncul kasus bacterial leaf spot (bercak daun) yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas sp. Demikian halnya pada penyiraman air yang kurang, tentunya akan membuat bagian pinggir daun mengalami kerusakan (nekrosis) dan menjadi layu.
No comments:
Post a Comment