
Tuesday, April 29, 2008
Tulip Shaped Anthurium

Kesalahan Perawatan Yang Sering Dilakukan (Deni Kurniawan/catatan seorang pemilik nursery)
Dalam perawatan anthurium sebenarnya tidak membutuhkan langkah-langkah khusus yang sulit dilakukan, tetapi masih banyak para hobiis terutama pemula masih mengeluh bahwa Anthuriumnya mengalami gangguan penyakit hama atau jamur, daun kerdil dan pucat, terjadi kebusukan akar dan batang, tunas daun tumbuh abnormal, tangkai memanjang tidak seperti anthurium lain yang sejenis, tongkol tidak bisa jadi, dan masih banyak lagi. Pada umumnya, berbagai gangguan tersebut di sebabkan beberapa kesalahan sebagai berikut : 1. Terlalu sering disiramPara penghobi biasanya terlalu sayang pada tanamannya dan melakukan penyiraman terlalu sering karena takut Anthuriumnya mengalami kekeringan. Memang pada bagian atas media terlihat cepat kering tetapi mereka tidak mengecek kelembaban media dibagian dalam. Hal ini bisa di antisipasi dengan menggunakan media tanam seporous mungkin dan melubangi sisi pot untuk kebutuhan udara pada akar. Anthurium hanya membutuhkan kelembaban yang terjaga, bukan media yang basah terus menerus. Anthurium bisa menyerap makanan melalui udara karena itu berikan media yang tidak terlalu padat untuk menjaga susunan udara pada media tetap terjaga. Sebelum menyiram anda bisa mencelupkan jari anda pada media, apabila terasa masih lembab sebaiknya penyiraman ditunda dulu. 2. Takut memotong bagian tanaman yang sakitJika mengalami gangguan seperti daun timbul bercak yang cukup parah, para penghobi merasa sayang untuk memotong bagian yang sakit. Mereka melakukan pengobatan berharap daun yang sudah rusak ( kuning,kering ) kembali menjadi hijau. Perlu diperhatikan jika kerusakan sudah parah sebaiknya langsung di potong saja, karena penyebaran penyakit sangat cepat terutama jenis jenmanii. Anthurium yang sakit akan mengakibatkan pertumbuhan yang lambat, jadi lebih baik anda tidak ragu untuk memotong bagian yang sakit tetapi tunas baru bisa tumbuh lebih cepat. 3. Takut untuk mengecek kesehatan akarSeringkali hobiis takut membongkar media untuk mengecek kesehatan akar Anthurium, mereka terlambat membongkar media dan kebusukan akar sudah parah, pada tingkat parah kebusukan akar bisa dilihat dengan pertumbuhan yang berhenti dan daun lama mulai menguning. Akar yang sehat sangat penting bagi optimalnya pertumbuhan Anthurium, apabila akar terlalu sedikit dan masih dalam penyembuhan nutrisi akan digunakan untuk tumbuhnya akar dulu, sehingga pertumbuhan tunas akan berhenti sampai akar tumbuh cukup banyak. Jadi lakukan pengecekan akar secara berkala dan jangan takut kalau Anthurium akan stress apabila dibongkar medianya, yang penting menjaga akar tidak putus ketika media di bongkar. 4. Ragu untuk melakukan repottingUkuran pot harus selalu disesuaikan dengan besar tanaman, umumnya para hobiis membiarkan Anthurium tumbuh besar tetapi pot tidak diganti. Yang terjadi akar tidak bisa tumbuh bebas dan saling membelit satu sama lain karena pertumbuhan akar sudah menyentuh batas tepi pot, hal ini menyebabkan Anthurium terganggu pertumbuhannya terutama pada ukuran induk yang menghambat pertumbuhan tongkol. Lakukan repotting ketika akar sudah menyentuh tepi pot, hati-hati jangan sampai teralu banyak akar yang putus, ganti media tanam lama dengan yang baru dan sterilkan terlebih dahulu. 5. Ingin yang serba praktisAnthurium berharga mahal tentu saja hanya dimiliki oleh kalangan berduit yang tentu saja menjalani kesibukan dalam rutinitas sehari-hari. Umumnya mereka hanya memberikan pupuk kimia yang praktis dalam kemasan dan meninggalkan pemakaian pupuk organik. Dan biasanya karena ingin Anthurium cepat tumbuh besar mereka memberi pupuk kimia terlalu banyak/over dosis. Pupuk organik juga dibutuhkan untuk lebih cemerlangnya tampilan daun Anthurium ataupun produktivitas tongkolnya, dan terjadinya over dosis pada pemberian pupuk kimia sangat fatal akibatnya. Tetaplah memakai pupuk organik dan pergunakan pupuk kimia sesuai dosis yang dianjurkan. 6. Tidak bisa bedakan variegata dan penyakitSeringkali karena melihat warna daun yang kuning atau putih samar para hobiis mengira bahwa tanamannya mengalami mutasi menjadi variegata. Nah beberapa hari kemudian mereka baru menyadari bahwa itu disebabkan gangguan hama, jamur atau kekurangan unsur yang dibutuhkan. Ini masih sering terjadi terutama pada pemula yang memang belum tahu tentang variegata yang sebenarnya. 7. Lupa untuk menjemur di sinar matahariBagi para penghobi yang belum punya green house yang memenuhi syarat dengan naungan shading net, umumnya anthurium diletakkan di teras atau dalam ruangan yang teduh di dalam rumah. Apalagi dengan banyaknya kasus pencurian anthurium mereka takut anthuriumnya hilang dan selalu menempatkan didalam ruangan tanpa memperhatikan kebutuhan sinar matahari untuk fotosintesis. Rajin-rajinlah menjemur Anthurium di pagi hari semakin sering semakin baik, untuk menjaga kesegaran warna dan tumbuh roset sesuai harapan. 8. Terlalu rajin mengkilapkan daunKarena ingin Anthuriumnya selalu tampil bersih dan indah, para hobiis mengkilapkan daun dengan cairan pengkilap kimia dengan intensitas terlalu sering. Untuk pengelapan sehari-hari sebenarnya cukup menggunakan air bersih ( air mineral kemasan ) atau air biasa yang sudah diendapkan. Pengkilapan dengan cairan khusus cukup dilakukan dua minggu sekali atau sebulan sekali. Jika terlalu sering akan mengakibatkan terhambatnya proses asimilasi dan fotosintesis pada stomata daun. 9. Pengobatan yang tidak sesuai penyebabnyaPara penghobi masih banyak yang belum tahu perbedaan penyakit yang disebabkan jamur, ulat, serangga, bakteri ataupun kurang nutrisi. Sehingga banyak yang melakukan pengobatan tidak sesuai yang menyebabkan penyakit tidak kunjung terobati. Kenali dulu penyebabnya dan gunakan fungisida, bakterisida, insektisida atau pemberian nutrisi yang cukup. Ada juga yang menggunakan antiseptik untuk mengobati penyakit Anthurium, sebenarnya hanya berpengaruh sedikit pada bakteri saja tidak bisa menghilangkan sepenuhnya bakteri, jamur, cendawan ataupun ulat dan serangga.
Did you know? Tahukah anda?
Tahukah anda ? Dari seratus bibit jenmanii akan menghasilkan seratus karakter jenmanii yang berbeda. Tahukah anda ? 70% jenmanii di Indonesia bukan jenmanii spesies. Tahukah anda ? Bibit dari varian hybrid hanya sedikit yang mempunyai karakter seperti induknya. Bisa lebih banyak apabila disilangkan dengan jenis yang sama. Tahukah anda ? Anthurium Variegata alami paling banyak hanya 3-7 % jumlah bibit dari biji yang dihasilkan. Tahukah anda ? Waktu penyilangan/penyerbukan bantuan paling baik dilakukan antara jam 10 pagi – 2 siang. Tahukah anda ? Sebagian besar varian hybrid di Indonesia terjadi karena penyerbukan silang tidak di sengaja. Tahukah anda ? Sebagian besar breeder di Indonesia tidak mempunyai latar belakang ilmu tanaman. Tahukah anda ? 15-20% Artikel dan pemberitaan tentang Anthurium di media cetak salah kaprah dan mengada-ada. Kepentingan pasar dan dikutip dari sumber yang salah menjadi penyebabnya. Tahukah anda ? Perlu buku yang sangat tebal untuk membuat katalog baku tentang nama seluruh Anthurium di Indonesia. Dengan kata lain “mustahil” Tahukah anda ? Ramalan bahwa suatu saat rumah bisa dibeli dengan daun sudah ada di jaman Majapahit. (Deni Kurniawan)
Arctotis stoechadifolia P.J.Bergius
Family: Asteraceae Common names: silver arctotis ( Eng. ); kusgousblom (Afr.) A tough and fast-growing groundcover often seen in gardens around the world, Arctotis stoechadifolia surprisingly only occurs naturally along a small strip from the Cape Peninsula to the West Coast.
Description A sprawling perennial, the silver arctotis forms a striking silver-grey carpet that easily covers an area of about 1.2 m wide, with upright shoots and flowers standing about 350 mm high. The base of the plants become woody with age, but the long, spreading stems and leaves are soft, woolly and slightly sticky with a very strong bitter-sweet smell when touched. The white felted leaves are long and narrow (lance-shaped) with the edges slightly toothed or serrated. The showy flowers are large, single daisies with long, creamy to light yellow petals that are marked with red/maroon underneath. The centre of the flowers is black. Flowering for a few months from spring to summer (September-December), it creates quite a show with masses of flowers. Typical for Arctotis, the flowers only open with sunlight; the flowerheads curve down as they start to seed, only straightening up when the seed is ready to be blown away by the wind. The big, fluffy seeds ripen quickly within weeks after flowering and are easy to collect as they loosen and fall from the seed head. Conservation Status Arctotis stoechadifolia is not considered rare or threatened at present, but its natural distribution is limited to a very small area along the West Coast that is under increasing pressure from urban development. In California and Southern Australia where Arctotis stoechadifolia is often planted in gardens or as a coastal sand-stabilizing plant, it is starting to become a weed as it invades natural areas. This is a problem, as it smothers and eliminates the indigenous plants through shading and competition of resources, which again result in a loss of biodiversity, as large areas are covered only by Arctotis stoechadifolia. Distribution and Habitat Arctotis stoechadifolia occurs naturally on the dunes and sandy flats, mostly along the coast from Langebaan to the Cape Peninsula . Along this narrow distribution range, it is quite common and very vigorous, with beautiful plants and spring displays especially along the coastal strip between Bloubergstrand and Melkbosstrand. Very adaptable, Arctotis stoechadifolia manages to thrive in the harsh coastal conditions with hot dry summers, sandy conditions, strong winds, salt spray and low winter rainfall (500mm and less in this area). Derivation of name and historical aspectsThe genus Arctotis was named by Linnaeus and means the following in Greek: arctos, a bear, - otis, ear, and refers to the scales on the pappus (fine hairs on the fruit that aid in wind dispersal) that look like ears. The reason for the species name stoechadifolia is not clear, but stoechas or stoichas in Greek refers to a kind of mint (Brown 1956); stoechas could also mean, of the Stoechades (now the Iles d'Hyeres) off the south coast of France (Hyam & Pankhurst 1995). An African genus, Arctotis has about 50 species that occur from southern Africa to Angola . The species of Arctotis are very difficult to characterize ( Harvey 1865), which makes the identification of the different species very difficult, especially as there is no recent revision of the genus, plus and there are many natural and man-made hybrids. EcologyPlants are pollinated by bees that frequently visit the flowers during the day.
Uses and cultural aspectsArctotis species and hybrids are very popular garden plants across the world as they are easy to grow and very floriferous, with large flowers in a range of colours.
Flowering for a few months, Arctotis stoechadifolia can by used in endless combinations as the seasons change. At Kirstenbosch it is one of the most striking plantings in spring, hanging down a stone wall in front of a large spring annual bed filled with A. acaulis and Ursinia speciosa . In early summer it looks spectacular as a groundcover, flowering with the bright yellow Wachendorfia paniculata (bloodroot) and the annual Oncosiphon grandiflora ( stinkkruid ).
In coastal gardens this is one of the best groundcovers to retain the sand cover. Cultivation Arctotis stoechadifolia is easy to grow but must be planted in full sun and soil with good drainage. Adapted to the Mediterranean climate of the Cape , it can survive with very little water in summer after the winter rains. Plants need to be protected from frost, but should resprout after frost damage. Propagation Most of the Arctotis plants at Kirstenbosch are grown by cuttings made throughout the year. Tip cuttings taken from a healthy growing stem root easily and are placed in a tray filled with well-drained sand. The rooted cuttings are grown on in bags before planted into the garden, but could be planted directly into the garden beds especially during the cooler winter months. Seeds should be sown in seed trays during autumn and planted into small pots to be grown on as soon as they are a size that are easy to handle.Black, hairy worms attack plants in the garden and nursery, but it is not necessary to spray as they seldom do serious damage and the tough plants resprout vigorously. Author; Liesl van der Walt Kirstenbosch
Description A sprawling perennial, the silver arctotis forms a striking silver-grey carpet that easily covers an area of about 1.2 m wide, with upright shoots and flowers standing about 350 mm high. The base of the plants become woody with age, but the long, spreading stems and leaves are soft, woolly and slightly sticky with a very strong bitter-sweet smell when touched. The white felted leaves are long and narrow (lance-shaped) with the edges slightly toothed or serrated. The showy flowers are large, single daisies with long, creamy to light yellow petals that are marked with red/maroon underneath. The centre of the flowers is black. Flowering for a few months from spring to summer (September-December), it creates quite a show with masses of flowers. Typical for Arctotis, the flowers only open with sunlight; the flowerheads curve down as they start to seed, only straightening up when the seed is ready to be blown away by the wind. The big, fluffy seeds ripen quickly within weeks after flowering and are easy to collect as they loosen and fall from the seed head. Conservation Status Arctotis stoechadifolia is not considered rare or threatened at present, but its natural distribution is limited to a very small area along the West Coast that is under increasing pressure from urban development. In California and Southern Australia where Arctotis stoechadifolia is often planted in gardens or as a coastal sand-stabilizing plant, it is starting to become a weed as it invades natural areas. This is a problem, as it smothers and eliminates the indigenous plants through shading and competition of resources, which again result in a loss of biodiversity, as large areas are covered only by Arctotis stoechadifolia. Distribution and Habitat Arctotis stoechadifolia occurs naturally on the dunes and sandy flats, mostly along the coast from Langebaan to the Cape Peninsula . Along this narrow distribution range, it is quite common and very vigorous, with beautiful plants and spring displays especially along the coastal strip between Bloubergstrand and Melkbosstrand. Very adaptable, Arctotis stoechadifolia manages to thrive in the harsh coastal conditions with hot dry summers, sandy conditions, strong winds, salt spray and low winter rainfall (500mm and less in this area). Derivation of name and historical aspectsThe genus Arctotis was named by Linnaeus and means the following in Greek: arctos, a bear, - otis, ear, and refers to the scales on the pappus (fine hairs on the fruit that aid in wind dispersal) that look like ears. The reason for the species name stoechadifolia is not clear, but stoechas or stoichas in Greek refers to a kind of mint (Brown 1956); stoechas could also mean, of the Stoechades (now the Iles d'Hyeres) off the south coast of France (Hyam & Pankhurst 1995). An African genus, Arctotis has about 50 species that occur from southern Africa to Angola . The species of Arctotis are very difficult to characterize ( Harvey 1865), which makes the identification of the different species very difficult, especially as there is no recent revision of the genus, plus and there are many natural and man-made hybrids. EcologyPlants are pollinated by bees that frequently visit the flowers during the day.
Uses and cultural aspectsArctotis species and hybrids are very popular garden plants across the world as they are easy to grow and very floriferous, with large flowers in a range of colours.
Flowering for a few months, Arctotis stoechadifolia can by used in endless combinations as the seasons change. At Kirstenbosch it is one of the most striking plantings in spring, hanging down a stone wall in front of a large spring annual bed filled with A. acaulis and Ursinia speciosa . In early summer it looks spectacular as a groundcover, flowering with the bright yellow Wachendorfia paniculata (bloodroot) and the annual Oncosiphon grandiflora ( stinkkruid ).
In coastal gardens this is one of the best groundcovers to retain the sand cover. Cultivation Arctotis stoechadifolia is easy to grow but must be planted in full sun and soil with good drainage. Adapted to the Mediterranean climate of the Cape , it can survive with very little water in summer after the winter rains. Plants need to be protected from frost, but should resprout after frost damage. Propagation Most of the Arctotis plants at Kirstenbosch are grown by cuttings made throughout the year. Tip cuttings taken from a healthy growing stem root easily and are placed in a tray filled with well-drained sand. The rooted cuttings are grown on in bags before planted into the garden, but could be planted directly into the garden beds especially during the cooler winter months. Seeds should be sown in seed trays during autumn and planted into small pots to be grown on as soon as they are a size that are easy to handle.Black, hairy worms attack plants in the garden and nursery, but it is not necessary to spray as they seldom do serious damage and the tough plants resprout vigorously. Author; Liesl van der Walt Kirstenbosch
BUNGA DAHLIA, CARA MENANAM DAN PERAWATANYA

BUDIDAYA GERBERA / HEBRAS ( Gerbera jamensonii)
1. SEJARAH SINGKAT: Gerbera merupakan tanaman bunga hias berupa herba tidak berbatang. Masyarakat Indonesia menyebut gerbera sebagai gebras atau hebras. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman hias pendatang dari luar negri (introduksi) dan diduga berasal dari Afrika Selatan, Afrika Utara dan Rusia. Penemu tanaman gerbera adalah Traug Gerber, seorang naturalis berkebangsaan Jerman yang melakukan ekspedisi ke Afrika Selatan. Selanjutnya diketemukan gerbera hibrida oleh Jamenson. Berawal dari kedua penemu tersebut, tanaman gerbera dikukuhkan dengan nama Gerbera jamessonii Bolus. Tanaman hias ini masuk ke Indonesia sekitar abad XIX bersamaan dengan lintas perdagangan komoditi pertanian. 2. JENIS TANAMANKlasifikasi botani tanaman hias gerbera adalah sebagai berikut: Divisio : SpermatophytaSub Divisio : Angiospermae Famili : Compositae/Asteraceae Genus : Gerbera. Spesies : Gerbera jamensonii Dari keragaman bentuk bunga, terutama struktur helai mahkota bunganya dikenal empat jenis gerbera yang telah dibudidayakan di Indonesia yaitu: Gerbara berbunga selapis: helai mahkota bunga tersusun selapis dan umumnya berwarna merah, kuning dan merah jambu. Gerbera berbunga dua: helai mahkota tersusun bervariasi lebih dari satu. Lapis helai mahkota bagian luar nampak sekali perbedaan susunannya. Contoh berbunga lapis dua yaitu Gerbera jamensonii Fantasi Double Purple yang berwarna merah. Gerbera berbunga tiga lapis: contoh dari bunga jenis ini adalah Gerbera jamensonii Fantasi Triple Red yang berbunga dominan merah, kemudian bervariasi kuning atau hijau kekuningan. Jenis gerbera yang dihasilkan oleh Holand Asia Flori Net di Belanda, dengan ukuran yang lebih besar dari ke tiga jenis di atas. Varitas yang ditanam adalah Gerbara yustika (pink merah), Orange Jaffa (oranye cerah), Ventury (oranye tua). 3. MANFAAT TANAMAN Selain sebagai bunga potong yang dapat tahan sampai 3 minggu, Tanaman hias gerbera merupakan salah satu penghasil minyak atsiri untuk bahan baku industri minyak wangi, sabun dan kosmetik. 4. SENTRA PENANAMAN Sentra penanaman bunga potong tanaman gerbera di Indonesia yaitu di daerah Kaban Jahe, Barus Jahe, dan Simpang Empat (Sumatra Utara, Brastagi), Cipanas, Lembang dan Sukabumi (Jabar), Bandungan (Jateng), Batu dan Pujon (Malang Jatim). Sentra produksi tanaman gerbera di dunia adalah negara Belanda dan Thailand. 5. SYARAT PERTUMBUHAN 5.1. Iklim Curah hujan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 1.900-2.800 mm/tahun. Daerah yang paling baik adalah daerah yang beriklim sejuk dengan suhu udara minimum 13,7-18 derajat C dan maksimum 19,5-30 derajat C. Suhu udara ideal di awal pertumbuhan 22 derajat C. Jika melebihi 35 derajat C, perkecambahan benih akan terganggu. 5.2. Media Tanam Tanah yang baik untuk tanaman hias gerbera yaitu tanah lempung yang berpasir, subur dan banyak mengandung bahan organik atau humus. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk budidaya hebras berkisar 5,5-6,0. 5.3. Ketinggian TempatDi Indonesia di tanam mulai dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian tempat antara 560-1.400 m dpl. 6. PEDOMAN BUDIDAYA 6.1. PembibitanPersyaratan Benih : Tanaman diperbanyak dengan cara generatif dan vegetatif. Benih diseleksi dari biji yang memiliki daya kecambah atau daya tumbuh yang tinggi dan berpenampilan bernas. Jika bibit dibeli dari toko, perhatikan tanggal kadaluarsanya. Perbanyakan vegetatif menggunakan cara kultur jaringan/anakan. Bahan kultur jaringan menggunakan mata tunas lateral dari pohon atau batang tanaman gerbera yang sehat dan dari jenis yang unggul. Bibit anakan didapatkan dari rumpun tanaman gerbera yang anakannya banyak, induknya produktif berbunga, tumbuhnya normal, sehat dan berasal dari tanaman jenis unggul. Keperluan bibit anakan untuk ditanam di lahan terbuka 1 ha sekitar 80.000-90.000 bila jarak tanam 25 x 40 cm. Penyiapan Benih : Benih yang berasal dari biji disemaikan dahulu sebelum dipindahtanamkan ke lapangan. Penyemaian dapat dilakukan pada bak-bak penyemaian atau pot-pot kecil maupun pot yang berdiameter cukup besar. Sebaiknya media semai diberi sungkup plastik agar kelembaban dan suhu udara tetap stabil serta terlindung dari matahari langsung. Bibit yang didapat dari kultur jaringan yaitu mata tunas yang diambil dari jenis unggul segera dimasukan ke dalam wadah yang mengandung bahan sterilisasi yaitu Clorax 30 %. Lakukan sterilisasi selama 20 menit. Seusai sterilisasi dengan Clorax segera disterilisasi ulang dengan HgCL2 20 % selama 5 menit, kemudian bilas dengan air aquades steril 5 X. Bibit yang dari anakan dipisahkan dari rumpun gerbera yang sudah dibersihkan dari tanah, sebagian akar tangkai dan daun tua dibuang. Tiap bagian minimal satu anakan. Teknik Penyemaian Benih : Penyemaian di bak persemaian : Pilihlah lokasi tempat semai yang mendapat sinar matahari pagi atau di dalam suatu ruangan yang mendapat cahaya buatan 40 watt/m 2 . Siapkan media semai berupa campuran tanah yang subur halus, pasir dan pupuk kandang yang telah matang dengan perbandingan 1:1:1. Beri sungkup plastik putih tipis agar kelembaban mencapai 98%. Sebelum dimasukkan media semai masukkan selapis pecahan batu bata atau genting kira-kira 1/3 bak pesemaian. Lalu isikan media semai 90 %. Semaikan benih gerbera secara merata. Setelah 5-7 hari, sungkup dibuka selama 1 jam pada pagi hari. Dari 7-10 hari setelah semai sungkup dibuka selama 3 jam/hari, kemudain bagian atas sungkup dibuka sampai 20 cm dari puncak untuk mendapatkan kelembaban 90 %. Pada saat umur bibit mencapai 21 hari, di sore hari sungkup diangkat. Penyemaian secara kultur jaringan : Siapkan media dasar yaitu medium Murashige Skoog ditambah gula 30 gram/liter, Vitamin B dan zat pengatur tumbuh kinetin 5 mg ditambah IAA 0,5 mg/liter. PH sebelum dipanaskan diatur sekitar pH 5,7 dengan penambahan NaOH atau HCl 0,1 N. Medium dibuat padat dengan Difco Bacto Agar (DBA) sebanyak 7,5 gram/liter. Tanamkan mata tunas lateral, pada umur 45 hari mata tunas majemuk mulai terbentuk. Bibit hasil kultur jaringan dipindahkan ke persemaian steril dan dipelihara sampai cukup besar. Selanjutnya bibit dipindahtanamkan ke persemaian biasa dengan komposisi media yang sama dengan persemaian benih. Penyemaian dengan anakan : Tanaman atau bibit anakan yang sudah dibersihkan dari tanah, akar-akar juga daun tua ditanamkan di lahan pembibitan dengan jarak 5 X 10 Cm. Pemeliharaan Pembibitan/Pesemaian : Siram setiap hari 1 atau 2 kali tergantung cuaca. Pemupukan dilakukan 3 minggu setelah semai. Larutan pupuk terdiri dari 5-10 gram NPK dalam larutan air 10 liter, sedangkan pupuk daun konsentrasinya disesuaikan dengan anjuran. Penjarangan setelah umur 5-6 minggu. Pemindahan Bibit : Bibit yang berasal biji siap dipindahtanamkan setelah tanaman berdaun 3-5 helai. Bibit yang berasal dari kultur jaringan siap tanam apabila ukurannya cukup besar, sedangkan bibit yang dari anakan siap dipindahtanamkan setelah bibit cukup kuat. 6.2. Pengolahan Media Tanam Persiapan : Tentukan lahan yang strategis dan serasi, bersihkan dari gulma, kemudian olah tanah cukup dalam 30 cm hingga struktur tanah gembur. Biarkan tanah selama 10-15 hari. Pembukaan Lahan : Tanah diolah dengan teknik yang sama dengan persiapan di atas. Pasang tiang setinggi 100-150 cm di sisi timur dan 80-100 cm di sisi barat. Naungi dengan plastik bening. Pembentukan Bedengan : Bentuk bedengan selebar 60-80 cm, tinggi 30 cm dan jarak antara bedengan 40- 60 cm. Buat parit keliling untuk saluran pembuangan kelebihan air dan sekaligus sebagai saluran irigasi waktu mengairi tanaman. Naungan juga dapat dibuat sekaligus untuk 2 bedengan dengan tinggi sisi timur dan barat yang sama dengan naungan 1 bedengan. Di antara bedengan dipasang tiang setinggi 150-200 m sehingga atap berbentuk segi tiga. Pengapuran : Pada tanah yang kemasaman tanahnya rendah (di bawah 5) perlu ditambahkan kapur pertanian seperti dolomit, kalsit, atau Zeagro. Dosis kapur pertanian berkisar 1-4 ton/ha tergantung pH dan jenis tanahnya. Pemupukan : Pada saat pembuatan bedengan tambahkan pupuk kandang sebanyak 20-30 ton/ha yang disebar merata, kemudian dicampur dengan tanah sambil dibalikkan. Pemberian pupuk kandang dapat pula dengan cara per lubang tanam rata-rata 200 gram per lubang atau 2-3 kg/m 2 luas lahan. Media pertumbuhan adalah campuran tanah subur, pasir dan pupuk kandang atau sekam padi (1:1:1). Siapkan polybag berdiameter 15, 20, 25 dan 30 cm untuk menanam bibit sesuai dengan ukuran dan umurnya. Isi dasar polybag dengan selapis pecahan bata merah/sekam, lalu diisi dengan media sampai 90 %. Pupuk dasar berupa NPK yang diberikan sebanyak 2-4 gram/tanaman pada saat tanam. 6.3. Teknik PenanamanPenentuan Pola Tanam : Lubang tanam selebar dan sedalam daun cangkul pada jarak tanam 20-25 Cm dalam barisan dan 35-40 cm antar barisan. Waktu yang terbaik di pagi hari antara jam 06.00-09.00 atau sore antara 15.00-17.00. Cara Penanaman : Basahi lubang tanam sampai lembab, tanamkan bibit secara tegak ditengah-tengah lubang tanam, sambil memadatkan tanah di sekitar pangkal tanaman. Siramlah bedengan sampai cukup basah. 6.4. Pemeliharaan Tanaman Penjarangan dan Penyulaman : Jika ada tanaman yang mati/rusak seawal mungkin segera disulam atau diganti dengan tanaman yang baik pada lubang yang sama. Periode penyulaman sebaiknya tidak melebihi umur 30 hari setelah tanam. Waktu penyulaman yang baik pagi/sore hari. Penyiangan : Ditujukan untuk membersihkan sekitar tanaman dari gulma dan sambil menggemburkan tanah. Penyiangan dilakukan pada 7-10 hari setelah tanam dan 30-35 hari setelah tanam. Perempalan : Perempalan dilakukan untuk membuang tunas/cabang yang sudah tua, mengering maupun yang terserang penyakit. Pemupukan : Dilakukan secara rutin sebulan sekali. Jenis pupuk yang dianjurkan NPK serta unsur mikro lainnya. Jumlah pupuk NPK diberikan 2-4 gram/tanaman dengan periode 1 kali dalam sebulan, sehingga untuk setiap hektarnya antara 200-400 kg. Cara pemberiannya dengan cara dibenamkan dalam larikan atau lubang diantara tanaman. Pupuk NPK dapat diberikan dalam bentuk larutan dengan konsentrasi 10 gram/10 liter air dan diberikan sebanyak 200-250 cc/tanaman dengan periode pemberian 10 hari sekali. Pupuk daun dapat diberikan sesuai anjuran. Pengairan dan Penyiraman. : Pada fase awal pertumbuhan tanaman gerbera penyiraman dilakukan 1-2 kali. Pemberian air selanjutnya berangsur-angsur berkurang. 7. HAMA DAN PENYAKIT 7.1. Hama Ulat daun dan belalang : Pengendalian: dapat disemprot dengan insektisida seperti Decis 2,5 EC atau Agrimec 18 EC pada konsentrasi yang dianjurkan. 7.2. Penyakit Bercak daun Penyebab: jamur Cercospora gerberae Chuup et Viegas). Gejala: timbul bercak-bercak berwarna coklat, terbentuk bulat/tidak beraturan. Pengendalian: memotong/memangkas bagian-bagian yang terkena penyakit, memelihara sanitasi kebun dan penyemprotan dengan fungisida seperti Dithane M-45, Antracol 70 WP dan Daconil 75 WP. Kapang kelabu/grey Mould Penyebab: jamur Botrytis cinere Pers ex Fr.). Gejala: timbul busuk bunga, hingga kusut dan diliputi kapang yang berwarna kelabu. Pengendalian: sama dengan penyakit bercak daun. Penyakit tepung Penyebab: jamur Erysiphe cichoracearum DC). Gejala: daun gerbera diliputi oleh lapisan tepung, daun mengering dan gugur. Pengendalian: sama dengan penyakit bercak daun. 8. PANEN Ciri dan Umur Panen : Bunga gerbera yang siap dipanen adalah kuntum bunganya telah mekar penuh atau ketika bunga setengah sampai ¾ mekar. Pemanenan sekitar umur 6-8 bulan setelah tanam bibit asal dari biji, atau 3-5 bulan bila bibitnya berasal dari anakan. Perkiraan Produksi : Pada pertanaman gerbera yang baik dan jenisnya unggul, tiap rumpun gerbera dapat menghasilkan 5-15 kuntum atau sekitar 140 kuntum bunga per meter luas lahan per tahun. 9. PASCAPANEN Pengumpulan : Setelah bunga gerbera dipanen, dimasukkan ke dalam ember berisi air. Kemudian disimpan di tempat yang teduh untuk melakukan sortasi. Penyortiran dan Penggolongan : Sortasi dilakukan pada tangkai bunga yang ukurannya abnormal dipisahkan secara sendiri. Ikat tangkai bunga dengan karet/tali lentur. Tiap ikatan 10-15 tangkai bunga atau menurut permintaan pasar maupun mempertimbangkan segi praktisnya dalam pengangkutan serta penyimpanan. Pengemasan dan Pengangkutan : Kemas ikatan bunga dalam wadah kotak karton ataupun keranjang plastik dan tutup luka bekas potongan dengan kapas untuk mempertahankan kesegaran. Simpan dikontainer dan siap untuk diangkut. 10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN 10.1. Analisis Usaha Budidaya Perkiraan budidaya bunga gerbera seluas 1.000 m 2 yang dilakukan pada tahun 1999 di daerah Bandung. Biaya produksi Sewa lahan 1.000 m 2 selama 1 tahun Rp. 150.000,- Bangunan dengan naungan Rp. 3.000.000,- Bibit Bibit anakan 10.000 tanaman Rp. 2.500.000,- Pupuk Pupuk kandang 2.000 kg @ Rp. 100,- Rp. 200.000,- NPK 400 kg @ Rp. 2.000,- Rp. 800.000,- Pupuk daun dan bunga Rp. 400.000,- Tenaga kerja Pengolahan tanah dan pemupukan kandang 20 HKP Rp. 200.000,- Pembuatan bangunan naungan 20 HKP Rp. 200.000,- penanaman 5 HKW Rp. 37.500,- Pemeliharan tanaman 1 tahun 50 HKW + 5 HKP Rp. 425.000,- Panen dan pasca panen 20 HKW + 5 HKP Rp. 200.000,- 6. Biaya cadangan Rp. 1.000.000,- Jumlah biaya produksi Rp. 9.112.500,- Pendapatan 8.000 tangkai, 10 bunga/th.x Rp.200,- Rp. 16.000.000,- Keuntungan per bulan Rp. 573.950,- Parameter kelayakan usaha : 1. Rasio output/input = 1,756 Keterangan: HKP Hari kerja pria, HKW Hari kerja wanita. 10.2. Gambaran Peluang Agribisnis Di Indonesia tanaman hias gerbera belum berkembang pesat sebagai komoditas komersial. Dalam program penelitian dan pengembangan hortikultura di Indonesia mengklasifikasikan tanaman hias gerbera adalah tanaman introduksi dari luar negri. Namun apabila tanaman hias gerbera berkembang baik di Indonesia pasti akan dapat menjadi komoditas potensial/komoditas utama. Prospek pengembangan budidaya tanaman gerbera dapat diandalkan karena peminatnya di dalam negeri semakin banyak. Hal ini dapat dilihat dengan dominannya bunga ini di dalam rangkaian bunga. Harga satu kuntum bunga gerbera termasuk mahal. 12 tangkai Gerbera berbunga dua lapis (introduksi luar negeri) yang sudah banyak dibudidayakan berharga Rp. 10.000,- di tingkat petani, sedangkan 10 tangkai gerbera ex Holland berharga Rp. 15.000,- di tingkat petani. Tanaman ini juga dapat menjadi komoditas ekspor, selain sebagai bunga potong, bahan baku industri minyak wangi, sabun dan kosmetik. 11. STANDAR PRODUKSI 11.1. Ruang Lingkup Standar meliputi klasifikasi , syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan pengemasan. 11.2. Deskripsi : 11.3. Klasifikasi dan Mutu Standar Mutu dan pengepakan bunga untuk ekspor ke pasaran Internasional sangat ditentukan oleh negara pengimpor. 11.4. Pengambilan Contoh Dari satu partai atau lot bunga gerbera yang terdiri atas maksimum 1.000 kemasan, contoh diambil secara acak sejumlah seperti tersebut dalam data di atas: Contoh yang diambil semua, jumlah kemasan bunga dalam partai 1–5. Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 5, jumlah kemasan bunga dalam partai 6–100. Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 7, jumlah kemasan bunga dalam partai 101–300. Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 9, jumlah kemasan bunga dalam partai 301–500. Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 10, jumlah kemasan bunga dalam partai 501–1001. Dari setiap kemasan contoh yang dipilih secara acak diambil sekurang-kurangnya tiga tangkai bunga. Untuk kemasan contoh dengan isi kurang dari tiga tangkai, diambil satu tangkai. Dari sejumlah tangkai yang terkumpul kemudian diambil secara acak contoh yang berjumlah sekurang-kurang lima tangkai diuji. Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat, yaitu orang yang telah dilatih terlebih dahulu dan diberi wewenang untuk melakukan hal tersebut. 11.5. PengemasanIkatan bunga diselubungi dengan kertas khusus sleeves yang menutupi seluruh bagian bunga kecuali kuntum bunga bagian atas. Pangkal tangkai bunga diremdam dalam larutan pengawet misalnya larutan gula 6%. Tempat perendaman bersuhu udara dingin yaitu sekitar 14-25 derajat C selama 4 jam. Bunga yang telah diselubungi dikemas di dalam kardus karton/keranjang plastik dengan posisi tegak. Pengangkutan dilakukan dengan kendaraan berpendingin pada suhu udara 7-8 derajat C dengan kelembaban udara 60-65%. (WARINTEK)
Premium Pastel Anthurium
The highly prized pink, green midori and peach (not shown) anthurium demonstrate the subtle hues available of this most versatile flower. Many wedding bouquets are made up of pink and peach anthurium with delicate ferns wrapped with matching ribbon and tissue.
Penamaan dan aspek historis Adenium Multiflorum

Friday, April 25, 2008
ADENIUM MULTIFLORUM
Famili: Apocynaceae Nama Umum: impala lily (Ing.); impalalelie (Afr.). Adenium multiflorum adalah jenis adenium yang dikenal luas di Afrika Selatan. Ia berbunga di musim dingin, di saat hampir semua vegetasi cenderung ‘merehatkan diri’, A. Multiflorum justru tampil brilian dengan warna-warna putih, pink, crimson, merah, dan dwiwarna yang memenuhi seluruh tajuknya saat sedang bermekaran. Genus Adenium terdiri dari lima spesies sukulen dari daerah tropis Afrika, Arabia, dan Socotra. Formasinya yang menakjubkan sekaligus bunga indahnya yang kompak dan serempak serta mampu bertahan lama membuat genus ini dikenal sebagai tanaman hias. Deskripsi Adenium multiflorum berprofil semak atau pohon kecil setinggi 0.5-3m, bentuknya seperti miniatur baobab. Percabangan rimbun mencuat sejak dari bonggol yang berukuran besar dan tersembunyi di bawah tanah. Warna batang utama dan percabangannya kelabu terang hingga coklat, dengan getah lengket dan mengandung zat racun. Sepanjang tahun tanaman ini tidak banyak berbunga ataupun berdaun lebat. Panjang daun mencapai 100 mm, hijau cerah di bagian atas dan memudar di bagian bawah, biasanya ke arah ujung daun lebih melebar, dan berkelompok di ujung tunas-tunas pada percabangannya. Daun akan rontok pada saat akan berbunga. Bunga tumbuh dan mekar dalam kelompok-kelompok dompolan, tiap bunga berdiameter 50-70mm. Warnanya amat cantik, biasanya berpetal lancip warna putih dan tepi merah bergelombang, serta pola garis merah pada leher terompet. Kadang dijumpai bunga adenium multiflorum berwarna putih polos. Bunganya mengeluarkan aroma halus. Musim bunga berkisar pada bulan Mei hingga September. Buah normal berupa sepasang tanduk sepanjang kurang lebih 240 mm. Biji berwarna coklat dengan bulu halus di kedua ujung biji. Dalam daftar yang disebut Red Data di Swaziland, Zambia, dan Zimbabwe, Adenium (impala lily) dinyatakan sebagai keragaman hayati yang dilindungi. Penyebarannya sebagian besar terjadi pada musim gugur di Afrika Selatan di kawasan Taman Nasional Kruger. Perlindungan diberikan kepada adenium multiflorum karena pemanfaatannya sebagai tanaman koleksi, bahan obat-obatan, pembudidayaan, dan menjadi pakan hewan liar seperti misalnya baboon yang menyukai bagian akar. Distributsi dan Habitat Distribusi alami Adenium multiflorum meliputi Zambia tenggara, berlanjut ke Malawi, Zimbabwe dan Mozambique, Limpopo, Mpumalanga dan ke utara di KwaZulu-Natal di Afrika Selatan, serta Swaziland. Habitatnya meliputi wilayah tanah berpasir atau kawasan alluvium berbatu cadas, padang tandus terbuka ataupun padang rumput. Dijumpai terutama di dataran rendah dengan sedikit hujan dan di bagian timur Afrika Selatan, di selatan Sungai Zambezi, dengan ketinggian 1-200 m dpl. Adenium multiflorum tumbuh hanya di wilayah tandus Afrika Selatan, dengan penyebaran luas di Afrika bagian tengah dan Timur. Penamaan dan aspek historis J.J. Roemer dan J.A. Schultes memberi nama genus Adenium pada tahun 1819; hingga kini telah ada 12 spesies yang masuk ke dalam genus ini. Pada revisi terbaru oleh Plazier, hanya ada lima spesies yang dikenal di kawasan Afrika bagian selatan. Nama genus ini diambil dari dialek yang dikenal oleh penduduk setempat untuk Adenium obesum, yakni Oddaeyn, atau dari Aden, di mana A. obesum pertama kali ditemukan. J.F. Klotzsch memberi nama A. multiflorum pada tahun 1861 dari berbagai material yang dikumpulkannya di Mozambique. Arti dari bahasa Latinnya merujuk banyaknya jumlah dan serempaknya bunga yang mekar berbarengan pada tanaman ini. Pada revisi sebelumnya, L.E. Codd menganggap A. multiflorum sebagai suatu varietas dan G.D. Rowley menganggapnya sebagai subspesies dari spesies di utara, yakni A. obesum. Pada revisi paling akhir, A. multiflorum kembali menempati posisi sebagai spesies. Tiga spesies Adenium lain di Afrika bagian selatan adalah A. boehmianum, A. oleifolium dan A. swazicum. A. boehmianum terdapat di bagian utara Namibia. A swazicum, berprofil lebih kecil dan berbunga di musim panas dengan warna bunga pink, dijumpai di Mpumalanga dan Swaziland. A. oleifolium tumbuh di Limpopo, Northern Cape, Namibia dan Botswana. Hingga tingkat tertentu ketiganya pun telah dibudidayakan. Ekologi Tanaman ini ditemukan di berbagai habitat. Dalam kelompok besar cenderung tumbuh kecil dan menyemak. Di kawasan yang dilindungi, tanaman ini bisa tumbuh menjadi pohon yang gagah. Tanaman ini memiliki batang utama yang tebal dan berumbi di dalam tanah, yang berfungsi sebagai cadangan makanan di saat kemarau panjang. Secara alami berbiak dari biji, yang beradaptasi untuk penyebaran melalui angin dengan memiliki bulu-bulu halus dan ringan. Manfaat Di Afrika dan Afrika bagian selatan dimanfaatkan untuk meracun ikan atau dioleskan ke ujung tajam anak panah. Racun ini berasal dari getah dan bagian batangnya, tapi akan berfungsi dengan kombinasi dengan bahan racun lain. Daun dan bunganya beracun bagi kambing dan lembu, tapi menjadi pakan bagi hewan lain dan racunnya dianggap tidak terlalu kuat. Terlepas dari kadar racunnya, tanaman ini berguna pula sebagai obat. Dari aspek hortikultura, bunganya cukup bernilai. Ukuran yang besar dengan bunga mekar penuh dan serempak menjadi pemandangan indah tersendiri di antara genus sukulen, dan sangat dikagumi di kebun-kebun alam terbuka beriklim yang cocok. Adenium multiflorum dikembangkan secara luas di pondok peristirahatan di dalam Kruger National Park, misalnya. Menanam Adenium multiflorum Adenium multiflorum tumbuh baik di iklim hangat dengan drainase yang berpasir dan porous. Tumbuh kurang baik di iklim dingin. Sangat ideal di wilayah kering berbatu untuk menghasilkan bunga yang semarak menyambut musim dingin. Sebagai tanaman pot dapat disimpan di tempat lebih sejuk, tapi dengan penyiraman yang jarang atau dihentikan di masa dormant. Selain perbanyakan melalui grafting, tanaman ini tumbuh amat vigor jika dikembangkan dari biji, tapi amat jarang berbunga hingga mencapai usia 4-5 tahun. Takson ini akan terlihat dalam kultivasi, tapi ketersediaannya tidak seperti A. obesum, disebabkan pertumbuhannya yang cenderung lambat dan musim berbunga yang pendek. Di Shingwedzi Camp di Kruger National park terdapat beberapa spesimen tumbuh amat mengagumkan. Siram dengan baik selama cuaca panas. Jaga media tetap basah pada suhu sekitar 30º C, cuaca panas sebaiknya diimbangi dengan kelembaban sedang hingga tinggi. Respon tanaman ini amat baik terhadap pemupukan imbang dan teratur. Tambahkan pupuk slow-release dan mikronutrien pada media tanam. Kekurangan air dan makanan akan menghambat pertumbuhan. Adenium sebaiknya ditanam dalam pot pada daerah beriklim dingin atau basah. Dormansi dapat diketahui saat konsumsi air menurun atau daun menguning: penyiraman secara drastis dikurangi dan hentikan pada saat tanaman dalam dormansi penuh. Munculnya daun-daun baru dan tunas-tunas baru menandakan berakhirnya masa dormant dan penyhiraman bisa ditingkatkan. Tanaman memerlukan ruang perakaran yang leluasa agar tumbuh cepat, dengan demikian diperlukan repotting untuk menyesuaikan perbesaran akar. Kelebihan air dan pupuk dibarengi kekurangan cahaya dan buruknya sirkulasi udara menyebabkan tanaman melemah dan pertumbuhannya melambat. Author: Stoffel Petrus Bester (Informant Asep Sugandi)
BUNGA MAWAR, SI BUNGA ROMANTIS

Agapanthus africanus (L.) Hoffmanns

Anggrek

Anthuriums

Perawatan Sedernaha Bonsai

HYDROPONICS

MEDIA TANAM ANTHURIUM

Alternatif 1 : Pakis 90, Pupuk Kandang 5, Kompos Kaliandra 5
Alternatif 2 : Pakis 90, Kompos Kaliandra 10
Alternatif 3 : Pakis 90, Pupuk Kandang 5, Kompos daun bambu 5
Alternatif 4 : Pakis 90, Pupuk Kandang 5, Cocopit 5
_________________
David Noor Mubarok
Jenis Tanaman Hias

Wednesday, April 23, 2008
Anthurium

BUNGA KAMBOJA, BUNGA TROPIS YANG EKSOTIS

Bunga Miana, Tanaman Hias Daun Penyemarak Taman
Tanaman hias daun, pada umumnya didominasi warna hijau. Miana atau Coleus (Coleus hybrid) tampil memikat dengan warna-warna kontras. Kehadiranya di taman akan memberi nuansa lebih semarak. Cocok ditanam masal sebagai tanaman hamparan atau border. Menurut literatur, beberapa jenis coleus berasal dari daratan Afrika yang beriklim tropis dan negara-negara Asia. Tanaman yang masih keluarga Labiatae alias bayam-bayaman ini memang cantik dan memikat mata. Warna daunnya beraneka ragam mulai dari keemasan, kehitaman (Curly lava) pink (Alabama sunset), merah (Plum parfait), kekuningan (Yellow parfait) ungu hingga kombinasi dari beragam warna. Bentuk daun juga bervariasi, oval, tepi bergerigi, hingga keriting. Majunya teknologi pertanian, kini banyak dihasilkan coleus hibrida hasil silangan sehingga dihasilkan warna daun yang kian beragam. Mudah Diperbanyak Coleus bisa dikembang biakan dengan beragam cara. Setek pucuk dan perbanyakan dengan biji, cara umum yang banyak dilakukan. Semaikan biji pada media tanah campur pupuk kandang. Setelah biji mempunyai 4-5 daun, tanaman bisa dipindahkan ke media tanam yang sebenarnya. Cara lain yang lebih cepat dan mudah menghasilkan tanaman baru adalah setek pucuk. Caranya, potong pucuk sepanjang 15 cm. Tancapkan pada media tanah kebun, kompos dan pasir halus perbandingan 2:1:1. Tak perlu syarat khusus, cukup disiram secara teratur dan pastikan sistem darainase baik. Setelah beberapa 2-3 minggu tanaman biasanya sudah mengeluarkan tunas barunya. Suka Cahaya Matahari Menanam dan meletakkan coleus sebaiknya pada area yang terkena sinar matahari langsung, meletakkan coleus di tempat tertutup/ternaungi akan membuat daun dominan warna hijau dan tidak cerah. Agar tampil prima, pupuk tanaman ini dengan pupuk NPK setiap 2 bulan sekali dengan dosis 1 sendok teh setiap tanaman. Tanaman coleus biasanya akan menurun kualitasnya jika tanaman sudah tua, seperti daun mengecil, warna memudar, percabanganya tak beraturan dan pertumbuhanya lambat. Untuk peremajaan, lakukan pemangkasan habis pada seluruh cabang. Pemangkasan akan merangsang timbulnya tunas baru sehingga tanaman semarak lagi. Coleus cocok ditranam sebagai tanaman penutup tanah/hamparan atau sebagai tanaman pembatas/border. Tanaman ini juga cantik sebagai tanaman hias dalam pot, namun jika Anda meletakannya di dalam rumah atau diteras, sebaiknya 2 hari sekali harus diletakan di luar ruangan agar terkena sinar matahari dan daun kembali cerah. Hama dan penyakit coleus tidak terlalu banyak, umunya yang menyerang hannya sebatas ulat daun, belalang dan busuk akar karena kelebihan air siraman. Jaga sanitasi area tanam, jangan berlebihan memberi air siraman dan semprotkan insektisida secara berkala untuk memberantas hama penggangu. Penulis: Budi Sutomo