Tiga tahun sudah Haworthia springbovlakensis menghuni rumah tanam di kawasan Lembang. Selama itu pula ukuran daun anggota famili Asphodelaceae itu tak kunjung bertambah.
Hanya bakal daun seukuran kedelai menyembul di antara dua daun setinggi 1 cm. Haworthia asal Afrika Selatan itu memang tergolong jenis yang pertumbuhannya lamban. Erminus Temmy-sang pemilik-mesti rela menunggu hingga 2 tahun untuk menyaksikan daun baru muncul. Di habitat aslinya di kawasan West Cape sekitar Oudtshoorn, populasi tanaman menyerupai batu itu pun hanya sedikit. Ukuran Haworthia springbovlakensis koleksi Temmy memang sangat mungil. Penampang melintang daun berbentuk setengah lingkaran. Tingginya kurang dari 1 cm dan diameter daun 5-7 mm. Warnanya cokelat tua. Ujung daun berbentuk menyerupai tapal kuda. Di permukaannya terdapat semburat cokelat pekat hingga hitam. Duri-duri halus berwarna putih bertaburan di tepi daun. Saat pertama kali didatangkan dari Jerman 3 tahun silam, jumlah daun hanya 3 helai. Karena ukuran daunnya pendek, tanaman itu seringkali terkubur tanah atau ujung daunnya saja yang terlihat menyembul. Itulah sebabnya menemukan Haworthia springbovlakensis di alam cukup sulit, apalagi di pasaran. Untuk mendapatkannya, Temmy merogoh kocek cukup dalam. Nilainya US$30 setara Rp300.000/tanaman. Harga yang cukup mahal untuk menebus tanaman mungil seukuran biji kacang merah. Beragam Koleksi lain adalah Haworthia bruynsii. Seperti H. springbovlakensis, ujung daunnya berbentuk menyerupai tapal kuda, tetapi hampir segitiga. Ukuran daunnya lebih panjang, sekitar 2 cm. Sosoknya pun lebih roset meski baru berdaun 8. Daun muda berada di tengah dikelilingi daun tua. Warna daun hijau kecokelatan.
No comments:
Post a Comment